Chapter 38 : Terungkap

868 180 209
                                    

HALLOOOOOO!! I'M BACK!

Tolong ya di V O T E dulu sebelum baca, atau kasih B I N T A N G nya. TERIMA KASIH💎
Jangan lupa, B E R K O M E N T A R.

Yang jarang komentar, komentar dong hehehehe biar jejaknya terus ada dan bisa kulihat terus. TAPI MOHON BANGET INIMAH YA, tolong jangan komentar 'NEXT KAK' atau aku BLOCK:') Pliseuuu, ini aku ngetik cerita rela gatidur sampe pagi loh:') Tolong ya, tolong.

Jangan cuma next-next aja, emang tidak ada hal lain yang bisa dikomentarin, ya?

Tangannya menggeledah dompet berwarna merah muda miliknya, ia seperti sedang mencari sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangannya menggeledah dompet berwarna merah muda miliknya, ia seperti sedang mencari sesuatu. Saat membuka ruang di dompetnya, Miso menemukan sebuah surat yang dilipat dengan rapih. Dengan perlahan, ia membuka lipatan kertas yang keluar dari dalam dompetnya. Lipatan-lipatan itu sudah tercetak jelas dan memberi kesan, bahwa surat itu juga datang dari waktu yang lama.

Surat tersebut, di dapatkan Miso di atas pasu yang berisi abu kremasi ayahnya. Dulu, Miso menganggap surat itu adalah surat selamat tinggal dari ayahnya. Tapi kini, ia mendapatkan surat lagi, yang konon katanya ditulis oleh sang ayah sebelum meninggalkan semesta.

Di tangan kirinya, terdapat surat yang di keluarkan dari dalam dompet. Lalu di tangan kananya, terdapat surat yang baru saja ia terima sore hari kemarin. Kedua surat tersebut, ia sandingkan.

Bola matanya bergulir, melihat tulisan tangan yang berbeda dari kedua kertas itu, padahal surat tersebut ditulis oleh orang yang sama, menurutnya.

"Dia, tidak bermaksud untuk menipuku 'kan?"

Mulutnya bermonolog sendiri, matanya masih jeli memperhatikan isi surat itu. Ia tidak ingat bagaimana bentuk tulisan tangan ayahnya, kini ia harus menyandingkan surat itu dengan hal lain.

"BUKU!" pekik Miso saat mengingat ada satu buah buku yang pernah di tulis tangan oleh sang ayah, untuk dirinya. Buku itu adalah kado dari sang ayah saat Miso berusia 20 tahun.

Kakinya berjalan ke arah walk in closet, untuk menyambar pakaian hangat. Masa bodoh, soal waktu yang menunjukan pukul setengah 4 pagi, kini rasa penasarannya sudah kelewat batas mengenai surat itu.

Berjalan menuruni tangga dengan cepat, tanpa takut terjatuh. Tas hitam berbentuk kotak, berada digantungan bahunya ikut bergoyang, saat Miso menuruni tangga.

Tujuannya satu, unit apartementnya, karena kado dari ayahnya itu tidak Miso bawa ke rumah Chanyeol. Saat itu, Miso berniat untuk membawa buku tersebut ke rumah Chanyeol, tapi setelah dipikir-pikir, ia tidak mau buku itu terus-menerus menjadi saksi bisu atas dosa besarnya.

Miso sedang berhadapan dengan laci kayu, yang di dalamnya terdapat berbagai kunci mobil. Ia meraih asal satu buah kunci mobil, padahal Miso tidak tahu kunci itu untuk mobil yang mana.

Play The Game ; LOVE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang