Kisah Minggu Lalu
Saat itu Netta bisa melihat Aru melengkungkan bibir ke atas. Wajah yang biasanya kaku terlihat melembut dan begitu memesona. Netra di balik kacamata itu berbinar penuh harap.
"Thanks," bisik Aru dan kembali menunduk melanjutkan gambarnya.
Tanpa bisa dijelaskan alasan, Netta merasakan sesuatu yang menyenangkan mengaliri dadanya.
Butuh beberapa waktu sebelum Netta menguasai diri dari pengaruh senyuman Aru. Gadis itu berusaha keras kembali fokus untuk mempertegas efek mengilap pada karyanya. Ia menggunakan satu set pensil Derwent Sketching Collection hadiah Papa saat ia berhasil masuk DKV UBINUS. Netta menyukai hasil goresannya yang sangat halus dan rapi.Masih ada waktu tiga puluh menit sebelum kelas berakhir. Seluruh mahasiswa sudah kembali ke kursi masing-masing. Lembar-lembar kertas yang sudah dilukis bertumpuk di meja dosen.
Dosen muda itu mengedarkan pandangan ke penjuru kelas. "Nah, saya akan memberi review singkat tentang tugas yang sudah kalian kerjakan." Suara rendahnya terdengar berwibawa. Selintas ia membetulkan posisi kerah bajunya sebelum bergerak ke arah meja.
Pria itu tetap berdiri sembari melirik ke arah kertas tugas. Diambilnya lembar yang paling atas dan melihatnya sepintas. Kertas bergambar bangku taman itu diangkatnya sebatas dada. "Ini lumayan. Tinggal dipertegas arsirannya." Setelah itu, kertas diletakkan di samping. Selanjutnya, ia kembali mengambil tugas demi tugas untuk diberi komentar singkat.
Netta bisa merasakan keringat keluar membasahi jemari. Berkali-kali ia membasahi bibir. Lututnya tanpa sadar bergoyang ke atas dan ke bawah. Apa reaksi dosen yang sejak tadi tak tersenyum itu saat melihat karya mahasiswanya? Dosen itu terkesan sangat killer.
Tiba-tiba terdengar suara debasan panjang dari depan kelas. "Kalian sudah mahasiswa. Jangan memakai jalan pintas untuk berkarya!" sentaknya sedikit keras. Pak Dosen mengangkat sebuah kertas bergambar lampu jalan dan kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
END Monokrom x Akankah Asa Terhalang Warna?
General FictionAnnetta Shelladhika Putri tak pernah menyangka bahwa ia memiliki cacat bawaan. Dalam delapan belas tahun kehidupannya, gadis itu selalu merasa normal dan baik-baik saja. Dunia terasa kacau balau saat dokter menunjukkan diagnosa sebenarnya. Kini, Net...