Monokrom - 12 - Tugas

4.2K 773 358
                                    

KISAH SEBELUMNYA

Netta tak bisa mengingat dengan detail apa yang terjadi hingga dia bisa tiba di rumah. Semua dilakukan seperti berada di alam bawah sadarnya. Gadis itu terlalu terluka untuk memikirkan apa pun.

Air mata kembali tumpah meski ia bisa merasakan basah mulai menyebar luas.

Gadis itu merasa napasnya kembali tersendat. Ia mengambil gelas di tepi ranjang dan meminumnya perlahan. Membiarkan air hangat itu meluruh di dadanya berharap semua lara terbasuh pergi. Namun, nyeri itu kembali hadir.

Ia membenci kelemahannya. Namun, apa ia harus menyalahkan keadaan? Apa ia harus menyalahkan Aru akan sikap kasarnya?

Netta tak tahu.

Ia hanya bisa merasakan luka menganga di hati dan tampaknya akan sulit ditutupi. Rasa sakit ini apakah karena mengetahui cintanya hanya bertepuk sebelah tangan? Ataukah karena ini seolah menjadi pukulan palu hakim bahwa ia akan gagal di mata kuliah Nirmana?

Ah ... mungkin saja keduanya.

Apa yang harus ia lakukan besok? Apa ia akan berpura-pura tak terjadi apa-apa? Melenggang duduk dan tersenyum menyapa?

Netta tak yakin mampu melakukannya.

Netta tak yakin mampu melakukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi terlihat sesuram wajah Netta. Awan gelap menggelayut sedari Subuh membuat siapa pun merasa lebih nyaman berada di balik selimut. Netta hanya terlelap sejenak selepas tengah malam. Beberapa kali harus terbangun akibat mimpi buruk yang tak bisa diingat kisah detailnya.

Ia duduk termangu menatap pantulan wajahnya di cermin. Matanya terlihat sembab dan bengkak. Hidung kemerahan tampak jelas sisa menangis semalaman. Netta berharap riasan sederhana mampu menutupi semua kekacauan di wajahnya.

Diliriknya tugas Nirmana dan tabung-tabung kecil hasil pencampuran warnanya. Apa dia perlu membawanya ke kampus untuk melanjutkannya di perpustakaan? Siapa tahu ada mahasiswa jurusan lain yang bisa dia mintai tolong secara acak? Toh, dia hanya perlu memastikan gradasi warna yang dibuatnya sudah sesuai.

Akhirnya gadis itu memasukkan semua peralatannya ke dalam tas.

Sebenarnya Netta ingin naik taksi daring saja. Pikirannya sama sekali tak bisa fokus untuk menyetir. Dia khawatir akan membahayakan diri sendiri.

"Pa, Netta naik taksi online aja, ya? Lagi nggak mood nyetir."

"Ada masalah? Mau cerita?" Pria paruh baya itu terlihat khawatir.

Netta tersenyum tipis dan menenangkan Papa bahwa dia baik-baik saja. "Cuma kecapean banyak tugas, Pa."

Papa pun tak mempermasalahkan ketika Netta akhirnya mencangklong tas cukup besar ke luar. Pandangan gadis itu masih menerawang sepanjang perjalanan. Tak ada bahan obrolan antara dirinya dan supir taksi bahkan sekadar basa-basi.

END Monokrom x Akankah Asa Terhalang Warna?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang