Monokrom - 9 - Berdua

5.2K 814 528
                                    

Kisah Minggu Lalu

Netta mengerjap. Aru minta maaf? Sesuatu yang menyenangkan menyeruak di hatinya.

Gadis itu tak ingin Aru terlalu merasa bersalah. "Udah, aku udah nggak apa-apa. Kita makan aja, yuk!"

Aru menyetujui itu. "Akan aku kasih lihat gimana caraku makan."

Netta mengerutkan kening. "Eh?"

"Tadi katanya tanya, aku makan apa. Nanti aku pesankan menu yang sama."

Hanya tawa berderai yang bisa Netta berikan.

Warung Jawa Timur di dekat kampus Binus Anggrek cukup ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warung Jawa Timur di dekat kampus Binus Anggrek cukup ramai. Suara mahasiswa yang saling bersahutan menambah kemeriahan warung makan kecil itu. Aru mengajak Netta untuk duduk di meja panjang yang kosong.

Setelah menunggu beberapa waktu, dua porsi tahu telur dengan nasi dan es jeruk sudah terhidang. Netta terdiam. Pemuda berkacamata itu benar-benar memesankan menu yang sama. Netta memperhatikan Aru yang duduk di seberangnya.

"Beneran ini yang kamu makan?" Netta sempat membayangkan Aru akan makan sesuatu yang lebih kebarat-baratan seperti steak, spageti, atau paling sederhana ayam goreng tepung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Beneran ini yang kamu makan?" Netta sempat membayangkan Aru akan makan sesuatu yang lebih kebarat-baratan seperti steak, spageti, atau paling sederhana ayam goreng tepung.

Aru mengangkat sendok dan garpunya sembari menjawab, "Ini kesukaanku."

"Ru...."

Pemuda itu mendongak kala melihat Netta masih belum menyentuh makanannya. "Kamu nggak tahu cara makannya?"

Netta menggeleng. "Aku cuma penasaran. Tadi kamu bilang mau pesenin aku menu yang sama kan? Jadi itu beneran, bukan bercanda?"

Kali ini ada senyuman sinis kecil di sudut bibir pemuda itu. "Aku nggak suka bercanda."

"Baiklah...." Netta berusaha menahan tawanya menyisakan sebaris bibir tipis yang sedikit bergetar. Aru ternyata bukan berusaha melawak, tapi benar-benar serius saat menawarkan makanan. Jangan-jangan selama ini dia tidak sadar bahwa ucapannya acap kali tajam?

END Monokrom x Akankah Asa Terhalang Warna?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang