35 : Terror Attack

10.9K 2.6K 287
                                    

Judul azab yang tepat buat siders adalah ....

Please be a wise reader with not forget for tap the star, thank you!

- T H E | C H A O S -

Sera's side

Sekarang, kami berdua sedang duduk berhadapan di ruang keluarga setelah Bang Daniel mengambil kotak P3K.

Gue mengobati luka di sudut bibir Bang Daniel, sedangkan dia mengobati luka di tangan kanan gue.

"Lucu, ya, kita sama-sama terluka kayak begini," kata Bang Daniel diselingi dengan kekehan kecil.

Gue mendengkus mendengarnya. "Sinting!" gumam gue.

"Ini pertama kali Abang lihat kamu berantem kayak tadi. Ternyata, nggak sia-sia, ya, ilmu Taekwondo dari Abang." Gue terdiam sebentar sebelum tersenyum kecil.

"Main lo kurang jauh kalo begitu."

"Kamu tau nggak? Kamu kelihatan cantik waktu ngehajar mereka tadi."

Bang Daniel ngomong begitu, tapi dia nggak menatap muka gue.

"Gue emang cantik dari lahir," balas gue dengan malas.

"Adik Abang emang selalu cantik. Dulu, sekarang, maupun di masa depan-Ash! Sakit, Ser!"

"Ya makanya jangan ngomong yang nggak jelas! Belajar dari mana lo bahasa gombalan kayak begitu? Udah punya gebetan, ya, lo?!" hardik gue. Tapi, malah dibalas tawa Bang Daniel.

"Abang yang seharusnya nanya sama kamu. Kamu pacaran sama Jaemin?" tanya Bang Daniel setelah mendongakkan kepalanya. Matanya semakin menipis pas dia bertanya itu karena sambil tersenyum.

Gerakan tangan gue di sudut bibir Bang Daniel berhenti. "Sok tau lo!"

"Nggak usah bohonglah! Orang Abang emang tau, kok."

"Tau dari mana? Jaemin ngomong langsung?"

"Tuhkan! Secara nggak langsung kamu itu mengiyakan pertanyaan Abang."

"Bodo amat. Abang tau dari mana?" tanya gue sedikit memaksa.

Lagi-lagi Bang Daniel malah ketawa. Receh banget sih hidup lo, Bang, ledek batin gue.

"Nggak tau dari siapa-siapa. Soalnya, Abang tau sendiri," jawabnya sambil melilitkan perban di telapak tangan kanan gue.

"Kok bisa?" tanya gue ragu.

"Abang sering banget nangkep basah Jaemin yang lagi ngelihatin balkon kamu tiap Abang pulang kerja. Ya sekitar pukul seginianlah." Bang Daniel tersenyum lebar. "Selesai. Udah belum luka Abang?"

Gue sedikit terkesiap. "Sebentar lagi."

Setelah beberapa menit, akhirnya gue selesai mengobati luka Bang Daniel. Baru gue mau membereskan kotak obat, Bang Daniel menahan tangan gue.

"Nggak usah, biar nanti Abang aja yang beresin."

Ini kenapa jadi melow begini suasananya?! Hng!

Ini tuh kesannya kayak gue ditahan sama dia biar nggak cabut duluan ke kamar. Kan gue nggak tau mau ngapain lagi di sini.

Kami berdua sama-sama diam sambil menatap ke arah televisi yang dinonaktifkan. Mama sama Papa nggak tau pergi ke mana. Bukan urusan gue juga, sih.

Karena gue udah nggak tahan sama suasana yang sunyi, sepi, dan canggung ini, gue memberanikan diri untuk membuka suara.

"Lo kenapa bisa dihajar kayak tadi?" tanya gue setelah gue berperang dengan otak gue.

The Chaos ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang