05 : Run!

20.2K 2.9K 387
                                    

Please be a wise reader, thank you.

- T H E | C H A O S -

Sera's side

"A-apaan sih, Jaem! Siapa yang ngehindarin siapa, s-sih?" tanya gue terputus-putus. Gimana nggak coba, mukanya Jaemin deket banget sama muka gue, anjir!

"Lo yang ngehindarin gue. Itu jelas banget, Ser," balas Jaemin santai.

Gue tertawa canggung dan mengalihkan pandangan ke arah samping. "Halu kali lo. Gue nggak ngehindarin lo, Jaemin."

"Terus, kenapa tadi lo lari pas lihat gue?" tanya Jaemin. Ini kenapa dia tenang banget, sih? Dia nggak ngerasain apa-apa gitu karena muka kami berdua tinggal sejengkal?

Gue memutar otak buat mencari alasan yang tepat biar dia pergi dari hadapan gue. Ini posisinya tuh udah masuk ke tahap ambigu banget, sinting.

"G-gue lari karena mau ke ... kantin! Y-ya, ke kantin," sentak gue setelah menemukan jawabannya.

Sumpah. Tadi kayanya gue masih bisa savage di toilet, tapi kenapa sekarang jadi gugup, ya? Pasti ini semua gara-gara omongan ampasnya Si Nana kemarin, nih. Sial!

"Kantin kan nggak lewat sini, Kang Sera," sahut Jaemin sambil menyeringai. Dan dia semakin mendekatkan mukanya sampai hidung kami hampir bersentuhan.

"M-muka lo jangan dimajuin lagi, Anjir! Nanti kalo ada yang lihat gimana?!" pinta gue sambil melirik ke kanan dan kiri buat melihat kondisi di lorong ini.

"Oh, lo mau ke gudang belakang aja biar nggak ada yang lihat? Ayo!"

Gue sontak terbelalak. Jaemin mundur selangkah dan menarik tangan gue, tapi gue tahan.

"Apaan sih, Nyet! Lo ganggu waktu istirahat gue tau nggak?! Udah, deh! Gue mau ke kantin sekarang. Lepasin tangan gue!"

Gue menarik tangan kanan gue dengan kuat sampai terlepas dari pegangan tangan Jaemin. Baru juga selangkah gue jalan, tiba-tiba ada tangan yang memeluk bahu gue dari belakang.

Astaga! Apa lagi sih, Monyet! rutuk gue dalam hati.

"Lo si-sinting ya, Jaem?! Lepasin, Brengsek!" suruh gue sambil berusaha memberontak, tapi sialnya tenaga Jaemin lebih kuat dari gue.

"Nanti lo pulang sama siapa? Gue nggak bisa nganter lo karena ada latihan dance," sahut dia di kuping kanan gue.

Suara dia kenapa ... Husky?

"Gu-gue pulang sama Jeno," balas gue dengan pelan.

Akhirnya, gue menyerah buat memberontak. Untung lagi sepi, Njir! Kalo ada orang, gue yakin heaters gue semakin banyak di SMA ini.

"Jangan pulang sama Jeno! Nanti gue panggilin taksi aja. Gue nggak mau tau, langsung pulang! Nggak ada keluyuran-keluyuran lagi kayak kemarin!" pesan Jaemin.

Kemudian Jaemin melepaskan pelukannya, sedangkan gue udah menahan emosi dari tadi.

Gue membalikkan badan dan menatap dia sinis. "Gini ya, Na Jaemin. Mau gue balik sama siapa, itu urusan gue. Kalo emang lo nggak bisa nganter gue, ya gue bisa balik bareng temen gue, lah. Nggak usah pakai acara panggil-panggil taksi segala. Gue bukan anak kecil!" hardik gue di akhir kalimat.

Jaemin menghela napas keras. "Lo masih anak kecil buat gue, Sera. Udah, ikutin aja apa kata gue, atau gue bilang ke Bang Daniel buat jual motor kesayangan lo itu!" ancam Jaemin.

Dih, mainnya ancam-ancaman. Najong!

"Pokoknya gue nggak mau! Gue balik bareng Jen-"

cup!

The Chaos ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang