39

612 52 1
                                    

"Siapa yang mau nyogok? Kalo nggak mau, yaudah, kakak abisin sendiri."

Alma merengut kemudian menyusul Alvin untuk merebut coklat batangan yang berada di tangan Alvin.

"Katanya gak mau?" Alvin meledek.

"Yang say no, siapa?"

"Kamu, barusan."

"Ih, kakak!"

Alvin tertawa kemudian langsung memeluk Alma. "Kakak kangen berantem sama Alma." Ucap Alvin seraya mengecup lama kening Alma.

Alma yang tadinya kesal, mendadak air matanya hendak jatuh. "Kakak," Alma mempererat pelukannya pada Alvin. Dan terdengar suara isakan tak lama setelah Alma memanggil Alvin.

"Kenapa sayang?"

"Kakak jangan pernah tinggalin Alma lagi, Alma sendiri, Kak." Ujar Alma sesenggukan.

Alvin menghapus air mata Alma yang masih mengalir, "Kakak nggak pernah ninggalin kamu asal kamu tau. Kakak selalu ada di samping kamu saat kamu butuh kakak, tapi kamu nggak pernah sadar."

"Kakak bohong!"

"Kakak nggak bohong, Alma. Kalau sampai sekarang kamu masih ngira kakak itu anak berandalan yang kayak papa bilang setahun lalu itu, berarti kamu nggak sepenuhnya sayang sama kakak."

Alma menatap Alvin dengan matanya yang berkaca-kaca. "Maaf, kak."

"Nggak perlu minta maaf, sebagian juga salah kakak. Udah nih, makan coklatnya, biar nggak sedih lagi." Alvin menyodorkan coklatnya pada Alma.

Alma menerimanya dan duduk di sofa, Alvin menyusul. "Kak, kalo selama ini kakak selalu ada disaat Alma butuh, berarti kakak tau apa yang selalu Alma keluhin setiap harinya?"

"Tau, kamu itu cuman butuh kasih sayang dari anggota keluarga kamu yang sibuk sama urusannya masing-masing, iyakan? Kakak juga, Alma."

Alma menangis lagi, untuk yang kesekian kalinya.

"Jangan nangis terus ah, udah jelek, makin jelek aja kamu kalo nangis."

Sister's Friend • Thariq HalilintarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang