23

832 54 3
                                    

"Biasanya juga gak pulang, buat apa ngasih kabar? Huft!" gerutu Alma yang segera melemparkan ponselnya ke sebelahnya.

Alma menggeser tubuhnya menjadi telentang di tengah kasur besarnya. "Enak ya jadi Fatim, punya keluarga banyak, terus hampir semuanya kumpul tiap hari, pasti seru. Gak kayak Alma, yang setiap hari sendirian di rumah."

Tes.

Tanpa sadar, sebulir air mata Alma jatuh mengalir mulai membasahi pipi Alma.

"Alma juga pengen punya keluarga kayak Fatim, walaupun gak sebanyak keluarga dia, tapi seenggaknya Alma pengen mereka semua kumpul, Alma pengen mereka ada buat Alma setiap harinya meski cuman setiap sarapan ataupun makan malam."

Alma berteriak, setiap hari ia berteriak guna melepas beban hatinya. Para ART dan penjaga di rumah Alma iba melihat Alma yang selalu sendirian.

Setelah lelah beberapa lama menangis dan berteriak, Alma dengan mata sembapnya berjalan keluar kamarnya menuju meja makan. Kini perutnya kosong dan harus diisi makanan. Ia harus kuat, kuat untuk berakting baik-baik saja di luar sana.

Alma duduk disalah satu bangku, di depannya tersedia beberapa makanan enak yang menurut Alma biasa saja.

Ia mulai menyendok nasi lalu mengambil botol kecap.

"Non, kok makannya nasi sama kecap lagi?"

Sister's Friend • Thariq HalilintarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang