59

493 41 3
                                    

“Iya, aku kembaran non-identiknyaRere, kakak kelas kamu.” Alma menyahut cepat sebelum Alvin bicara.

Alma mengangguk-angguk, “Oh, kembarannya. Yaudah, ayo masuk. Aku mau ganti baju juga.”

Tiba-tiba handphone Alma berdering, “Kakak berdua masuk aja dulu.” Ujar Alma setelah melirik ke layar handphonenya.

“Fatim? Kenapa telepon?”

Kemudian ia mengangkatnya.

“Halo,”

“Halo, assalamualaikum, Alma.”

“Waalaikumsalam. Ada apa?”

“Aku mau main ke rumah kamu, bolehkan?”

“Oh mau main, boleh dong, kenapa enggak? Mainlah sini.”

“Oke, aku on the way ya. See you.”

“See you too.”

Kemudian Alma berlari masuk ke rumahnya. “Kak, nanti Fatim mau main ke sini.” Teriak Alma sambil berlari.

“Terus kenapa?”

“Ya enggak sih, Alma cuman bilang doang.”

Dua puluh menit kemudian Fatim dan Thariq tiba di rumah Alma. Dari pintu masuk rumahnya, Alma sudah berdiri menyambut kedatangan Fatim dan abangnya.

“Loh, Raya?” itu yang pertama kali Thariq ucapkan ketika memasuki rumah Alma.

“Assalamualaikum.” Gumam Fatim di sebelah Alma. “Waalaikumsalam, yuk masuk, main di kamar aja, Kak Alvin lagi ada tamu.” Ajaknya.

“Bang, aku ajak Fatim ke kamar ya.” Izin Alma.

Thariq mengangguk, “Iya, iya, bawa aja. Abang di sini sama kakak kamu.”

Setelah Fatim dan Alma pergi ke kamar sang empunya rumah. Kini ada Thariq yang menambah suasana di ruang tamu.

“Kalian, balikan?” tanya Thariq yang bingung dengan kedekatan di antara Alvin dan Raya.

Alvin mengangguk, “Iya, gue mau nikahin dia.” Ujar Alvin cepat.

Thariq menatap Alvin tak percaya, “Seriusan lo? Lo bukannya—”

“Udah cerai. Lagian kebukti itu bukan anak gue.” Sahut Alvin lagi.

“Acaranya mau kapan?”

Raya tersenyum, “Ini kita lagi omongin, Bang.”

“Gue ikut nimbrung ya, siapa tau bisa bantu.”

Sister's Friend • Thariq HalilintarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang