Flashback// 1

543 41 0
                                    

6 tahun yang lalu.

"Bang Bagas Ngeselin!" seorang anak lelaki yang kira-kira berumur 10 tahun itu terduduk di taman kecil di depan rumah mereka. Sang Abang yang sibuk mengusili adik kesayangan itu berhenti berlari, dia mendatangi adiknya sambil memberikan sebuah coklat yang tadi sempat ingin di makannya.

"Udah jangan nangis, ayo bangkit nanti kita minta Mama beli lagi yah!" lelaki yang lebih tua dua tahun dari adiknya - Bagas tersenyum manis, matanya yang berwarna coklat itu menambah hangat perasaan adiknya.

Sang adik mengangguk, setelah itu mereka berbaring di atas rerumputan hijau itu sambil menerka bentuk-bentuk awan yang ada di atas mereka.

"Kakek ada di atas ya Bang?"

Bagas mengangguk. "Kita semua yang berada di bawah pasti akan naik ke atas juga."

"Nanti kalau Abang di atas, Kasa sama siapa?" lelaki kecil itu memanyunkan bibirnya,"Kasa gak mau!" dia memberontak.

Bagas tersenyum lagi. Adiknya ini memang lucu sekali, terlebih lagi jika makanan kesukaannya di ambil secara paksa, dia pasti akan nangis sampai berguling. Tapi untuk Bagas, dia selalu memberikan tanpa di minta.

Lelaki kecil itu membenahkan posisinya menjadi duduk. Siang ini hanya ada dia dan Bagas, karena biasanya taman ini akan ramai jika menjelang sore, dan pada saat itu pastinya mentari sudah bersembunyi.

"Bang Bagas kalau sudah kelas 6 mau kuliah dimana?" lelaki kecil itu bertanya dengan polos. Bagas tersenyum seraya menahan tawa.

"Kalau sudah tamat Sekolah Dasar itu di lanjut ke SMP." Bagas bangkit, merubah posisinya telentangnya menjadi duduk, dia menatap lelaki kecil itu yang sedang mangut-mangut. Entah pertanda mengerti atau tidak.

"Esempe itu kaya kak Runa ya?" Bagas menggeleng lagi. Kak Runa adalah anak dari adik Mamanya sekarang sudah memasuki jenjang SMA. "Beda lagi." ucapnya. Sementara Kasa hanya mengangguk kecil lalu dia merubah posisi tidur nya menjadi duduk, Bagas mengikut.

"Kasa kalo uda besar mau jadi astronot!" Bagas tertawa,"Kenapa?"

"Karena Kasa mau liat Kakek di atas." dia tertawa kecil seraya melihat ke atas awan, berharap mimpinya akan menjadi sebuah kenyataan.

"Main lagi yuk Bang!" Kasa menarik tangan Bagas, kemudian mereka kejar-kejaran seperti anak kecil pada umumnya. Namun, Bagas yang sudah memiliki pemikiran cukup remaja itu tidak pernah malu sekalipun dia ingin melakukan hal konyol agar membuat adiknya itu bahagia.

"Bagas, Kasa" seorang wanita yang sekiranya berkepala 3 itu keluar dari rumah bertingkat. Wanita itu menghampiri Kasa yang sedang terduduk di rerumputan karena kelelahan bermain. Sementara Bagas masih setia menjengkeli Kasa dengan berlari mengelilinginya.

"Bagas jangan kelelahan nanti sakit." ujar Alea — Mamanya. Bagas menurut, dia duduk di samping Kasa.

"Tidur siang dulu, nanti main lagi ya." Alea membelai halus rambut kedua Putra nya itu. Bagas mengangguk, sedangkan Kasa hanya membeo apa yang di lakukan Abangnya itu.

Kemudian Alea membantu kedua putranya itu berdiri, menggandeng keduanya berjalan masuk kerumah.

"Tunggu, Kasa mau di tengah Mama sama Abang." ucapnya yang kemudian mengambil peluang di tengah lalu menggandeng tangan Alea dan Bagas.

"Kasa sayang Mama"

"Kasa sayang bang Bagas"

Alea tersenyum hangat, Bagas hanya melirik tanpa ekspresi. Bibir lembut yang tadinya berwarna merah itu berubah menjadi ungu pucat. Pandangan yang semulanya terlihat sempurna menjadi samar-samar. Dia tidak tau apa yang terjadi berikutnya setelah dia resmi terjatuh. Punggungnya menyentuh aspal yang kasar itu. Yang dia ingat saat itu Mama dan Adiknya sangat panik. Bahkan Kasa menangis.

Alea segera memanggil siapapun yang sedang berlalu-lalang di sekitar komplek itu, untunglah tetangga nya segera keluar dan membawa Bagas pergi ke tempat yang seharusnya.

Sudah lebih dari satu jam, Bagas belum sadarkan diri. Jangankan untuk membuka mata, menggoyangkan tangan saja tidak. Kasa sedari tadi menangis, tidak kuasa melihat Abangnya di biarkan tangannya di cucuk oleh jarum menyebalkan itu. Alea sedang sibuk menghubungi Richard — Papanya, agar segera menuju ke alamat rumah sakit yang sudah dia kirimkan sedari tadi.

"Bang Bagas bangunnnn!! Kasa mau mainnn!" Kasa menggoyang beberapa kali lengan Bagas sambil terisak sesekali. Elsa yang mendengar langsung menghampiri Kasa, dia mengelus pelan bahu Kasa.

"Jangan nangis, nanti Abang sedih."

"Tapi Kasa mau main. Masa Abang bobo siangnya lama banget!" berontaknya.

"Nanti lagi mainnya. Kasa juga bobo ya. Nanti kalau Bang Bagas udah bangun, pasti di ajakin main." Alea tersenyum, Kasa mengangguk mengerti, ia menghapus sisa air mata yang menempel di pipi lembutnya itu.

Kasa turun dari sebuah kursi kecil di samping kasur rumah sakit — yang sama sekali tidak nyaman untuk di tiduri itu. Dia merebahkan badannya di sebuah sofa panjang di kamar serba putih dengan semerbak obat dimana-mana. Kasa tertidur. Bagas belum juga bangun. Sampai pada menit ke empat setelah itu, jari-jari halus yang menempel di pergelangan tangan Alea mulai bergerak. Dia sadar!

Alea segera bangkit, melihat jelas apakah mata Bagas sudah terbuka jelas atau belum.

"Mah," sahut suara itu pelan sekali.

"Iya, Mama disini sayang" Alea mengusap kening anak sulungnya.
"Bagas di mana?" satu hal yang di tanyakan setiap orang saat dia sadar dari tidur lamanya.

"Kamu di rumah sakit, istirahat ya. Mama gak mau kehilangan Bagas."

Awalnya Bagas terheran mengapa dia berada di ruangan yang sama sekali tidak dia harapkan ini, namun perlahan dia mengangguk, mengikuti perintah Mamanya.

Setidaknya Alea bahagia bahwa Bagas sudah sadar, walaupun dia harus menerima kenyataan setelah dia berbincang dengan dokter tadi.

Flashback 1 //  off

****

So, Part Flashback gak cuma ada 1 kok hehe, jadi buat yang masih penasaran jangan jadi silent readers aja dong biar penasarannya gak di hantui.

Apa faedah part Flashback?

- Biar kalian gak penasaran sama alur ceritanya, dan biar paham dari awal. Tapi partnya bakal aku kelang, misalnya bisa aja di part 10 baru part Flashback lagi gitu. Semoga ngerti yaa ^o^

Dan jangan lupa untuk Vote terus ya, terimakasih >3

Salam manis, semanis penulis.
@wilyahalfanisaa

BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang