BAGIAN SEPULUH : Satelit Bumi yang Dingin

471 32 2
                                    

Selamat membaca Bumi Bagian Sepuluh! Budidayakan Vote sebelum membaca, terimakasih >3

***

Jika aku tidak di takdirkan untukmu, lalu mengapa hatiku berkata bahwa aku lah pilihanmu?

****

Sudah hampir sore, bahkan matahari pun perlahan mulai bersembunyi di balik hilir awan. Bulan masih menetap di rumah yang sedari pagi ia datangi.

Disinilah Bulan sekarang, duduk di sebuah sofa panjang bersama Alea yang tanpa henti menceritakan kisah dari foto-foto beberapa tahun silam di album keluarga di ruangan yang lebih cocok untuk di bilang ruang baca ini. Karena isinya tak jauh dari rak berwarna coklat yang penuh di isi oleh buku-buku apapun, terlebih tentang Antariksa. Beberapa rak penuh hanya tentang buku-buku angkasa luar.

"Ini lihat Kasa waktu kecil," Alea menyerahkan sebuah album yang terpampang foto sebuah Gerhana kecil. "Lucu banget kan dia."

Bulan hanya tersenyum kecil, "Iya Tan."

"Jangan panggil Tante, terlalu kaku gitu. Panggil Bunda saja, dulu Abang Kasa juga manggil Bunda." Alea membelai lembut rambut sepundak Bulan.

"Iya Bunda."

Alea kembali melanjutkan melihat lembar demi lembar album itu.

"Bunda, Bulan mau baca buku boleh?" ucap Bulan meminta izin, karena sedari tadi ia duduk buku-buku itu sudah berteriak untuk di baca halaman demi halamannya.

"Boleh banget, kamu suka baca?"

Bulan mengangguk kecil beberapa kali seraya menunjukkan senyum manisnya. Jika sudah berhubungan dengan buku, Bulan lah ratunya. Mungkin karena itu sedari Sekolah Dasar dulu, Bulan lebih cenderung pendiam dan tidak banyak bicara. Bahkan ketika istirahat atau pelajaran kosong pun dia lebih memilih untuk pergi ke perpustakaan di bandingkan bergabung di keramaian kantin.

Bulan berjalan ke arah rak buku itu, dia langsung terfokus ke arah jejeran buku tentang Antariksa.

Ini tentang Angkasa Luar, bagaimana keadaannya, apa saja yang harus di lakukan jika menjadi seorang Astronout. Tujuan Abang dan Kasa. Tetapi sepertinya Abang hanya bisa melihat Kasa yang berhasil, selamat berjuang Calon Astronout!

-surat pertama dari Abang.

Sebuah tulisan di notes tertera di ujung rak saat Bulan ingin mengambil buku paling sudut di rak itu.

'Gerhana punya Abang ya?' itu satu hal yang terus terfikirkan oleh Bulan. Bahkan ia harus segera bertanya agar rasa penasarannya hilang.

Bulan sudah duduk di sofa kecil dengan berbekal sebuah buku tentang Penciptaan Angkasa Luar. Ia membaca lembaran demi lembaran isi buku itu, semakin terhanyut semakin membuat Bulan lupa waktu bahwa senja telah tiba. Malam sudah menanti, Bulan tidak enak jika harus berlama-lama disini, takut merepotkan Alea yang sudah sangat baik kepadanya.

Di tutupnya buku setelah ia membaca halaman ke 241. Bulan melirik ke arah jendela lantai dua itu. Ia harus segera pulang sebelum malam datang.

"Bunda," panggil Bulan ke arah wanita yang sedang larut dalam ponselnya. Bunda hits.

"Iya sayang?" toleh Alea.

BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang