HOGWARTS SCHOOL

288 12 0
                                    

Hogwarts School. Bukan hanya nama sekolah mereka yang cukup bagus. Isi dari sekolah itupun juga mewah. Hanya orang-orang tertentu yang bisa bersekolah disana.

Beruntung siswa/i yang berhasil mendapat beasiswa disana, karena mereka mendapat semua fasilitas secara cuma-cuma.

🌞🌞🌞

Pagi yang cerah ini membuat hogwarts school menjadi tampak lebih terang. Serta isi sekolahnya yang mampu membuat siswa milenial bertambah bersemangat untuk datang, entah untuk selfie, ngevlog, ataupun benar benar untuk belajar.

"Pak!! Pager nya cepet banget ditutup. " Oceh seorang siswi yang protes karena pagar sudah ditutup setelah ia berlari dari mobil antarannya.

"Kamu itu ya Neisya! Selalu telat. Ini udah jam berapa? " Satpam yang bernama Kiman itu berkacak pinggang dibalik jeruji pagar.

Neisya Clessy Amora, terlahir dari keluarga yang kaya raya, bisa dibilang ia juga remaja milenial yang memiliki pergaulan bebas. Tapi beruntungnya, meskipun ia berteman dengan temannya yang toxic, ia tidak sama seperti teman-temannya.

Neisya memperlihatkan jam tangannya pada satpam, "Baru jam setengah tujuh pak. Apa bapak gak punya jam ya di pos? "

Kiman menggeleng sembari menahan tawa, "Coba kamu liat jarum jam kamu itu, bergerak atau tidak? "

Neisya melihat jam tangannya dan menahan malu saat tau jam nya kehabisan baterai.

"Katanya anak orang kaya, masa baterai jam bisa kehabisan. " Satpam itu menggeleng geleng.

Malas menunda nunda, Neisya nekat untuk menarik pagar agar terbuka.

"Eh eh, Neisya! " Suara tinggi itu menghentikan aktivitasnya.

Keringat Neisya berubah menjadi keringat dingin setelah tau sosok yang memanggilnya itu.

"Saya balik ke pos ya, udah bosen liat kamu kena hukum kepsek. " Kiman pergi dari tempat.

Neisya tersenyum segan pada kepsek yang sudah meradang amarah.

"Pak. " Tegurnya ramah.

"Karena ini untuk yang kesekian kalinya kamu terlambat, kamu tidak saya biarkan masuk! " Ucap kepsek bernada tegas.

"Jadi saya gak belajar? " Neisya melihat kepsek penuh harapan.

"Untuk hari ini kamu belajar diluar saja. Tanpa perlu guru. " Kepsek itu pergi meninggalkan Neisya.

Neisya duduk sambil bersandar di pagar sekolah dengan diberi teriknya matahari pagi.

Dengan berat hati, Neisya membuka bukunya dan belajar di depan pagar tanpa peneduh apapun untuknya yang sedang berjemur.

Beberapa menit kemudian, ada seorang laki-laki yang juga sepertinya terlambat.

Laki-laki itu datang dengan nafas yang masih terengah engah. Dan keringat yang mengalir di sela pipinya.

Neisya tidak mempedulikan, ia terus belajar tanpa mendongak melihat siapa yang menyusul nya untuk terkena hukuman.

GASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang