PERTOLONGAN

50 7 0
                                    

🌞🌞🌞

Neisya masuk ke gerbang sekolahnya disambut dengan tatapan penuh kebencian dari siswa/i yang dulunya selalu ramah padanya. Terkadang sorak teriak yang menyakitkan juga sering ia dapatkan.

Tidak apa. Ini akan menjadi makanan sehari-hari nya, ia tetap berusaha tegar. Ia hidup untuk dirinya sendiri, jadi apapun komentar orang tentang dirinya akan ia acuhkan.

Ia masuk ke dalam kelasnya. Kedua temannya, Clara dan juga Vina melihatnya dengan tatapan tajam. Karena Neisya tidak tau, setelah ia meletakkan tasnya di bangku, ia mendatangi kedua temannya itu.

Baru saja Neisya ingin duduk di meja milik Clara, lengannya sudah ditarik oleh si pemilik meja.

"Apa hak lo duduk di meja gue?!! " Ucap Clara dengan suara tinggi.

Neisya mengelus lengannya yang terasa sedikit sakit, ia melihat Clara dengan heran.

"Lo kenapa Clar? " Tanya Neisya bingung.

"Denger ya, lo itu sekarang udah miskin! Jadi gak ada alesan lagi buat lo bisa temenan sama gue. " Clara menunjuk Neisya penuh amarah.

"Gue juga. Semua aset kekayaan lo udah disita, modal apa lo buat temenan sama kita? " Sahut Vina dengan kedua tangan terlipat.

Sungguh, ini tidak pernah terlintas di pikiran Neisya.

"Jadi kalian selama ini temenan cuma ngeliat dari uang? "

Clara mengangguk, "Iya dong. Sekarang lo bisa sadar diri kan, lo itu sekarang siapa? "

"Bukan siapa-siapa! " Kecam Vina melanjutkan.

"Yes, cuma orang kelas rendah yang gak pantes sekolah disini. " Tambah Clara belum puas.

Neisya tidak bisa menahan sesak di dada nya. Ucapan dari temannya ini sangat menyakitkan. Meskipun banyak hujatan dari yang lainnya, rasa yang ia rasakan sekarang jauh lebih menyakitkan.

Tidak ada lagi kata-kata yang bisa ia lontarkan saat ini. Hanya pergi dari kelas yang ia pilih. Kemana pun itu, yang jelas jangan sampai mendengar ucapan tajam lagi dari kedua temannya.

Melihat kepergian mantan temannya, Vina dan Clara hanya saling melihat dan tersenyum jahat.

*****

Semua murid sudah masuk ke kelas, mereka akan memulai pelajaran pertama yang diawali bersama Bu Nina.

Deby memutar kepalanya, memantau sekeliling kelas. Ia tidak dapat menemukan Neisya, hanya tas yang berada di bangku yang terlihat.

"Neisya Clessy Amora? " Ucap Bu Nina saat mengabsen namanya.

Semua siswa mencari cari Neisya di area dalam kelas.

"Neisya Clessy Amora? " Panggil Bu Nina mengulangi lagi.

Semua masih diam tidak mengetahui keberadaannya.

Deby berinisiatif untuk permisi keluar kelas dengan alasan ke toilet. Bu Nina memperbolehkan ia keluar.

Arah tujuan Deby berbeda. Deby tau dimana tempat Neisya saat ini pergi, ya, rooftop.

Saat sampai di rooftop, Deby menemukan Neisya yang memeluk kedua kakinya dan bersandar di dingin dengan kepala yang tertunduk, sedikit terdengar suara isak tangis.

Matahari pagi menyaksikan tangisnya sedari tadi. Deby langsung mendatangi Neisya kala itu.

"Nei, lo ngapain disini? Lo nangis? " Deby mengangkat kepala Neisya.

Wajah Neisya sudah sangat basah dipenuhi air mata yang tidak bisa diberhentikan saat ini.

Tanpa kata apapun, Deby memeluk Neisya erat, "Elo kenapa sih Nei? Kenapa? "

GASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang