PESAN PAPA

33 7 0
                                    

LARUT MALAM

"Kenapa pa? Kenapa kamu harus selingkuh sama dia? " suara isak tangis Lusi terdengar hingga pintu utama, tepat saat Ghana baru pulang.

Prasutio mengambil koper yang sudah terisi pakaian dan barang pentingnya.

"Jangan banyak tanya. Besok aku gak pulang, ada urusan ke luar kota. " ucap Prasutio.

Lusi mencoba memegang lengan suaminya, "Urusan? Baru aja minggu kemarin kamu ke luar kota pa, terus sekarang pergi lagi? "

Tapi Prasutio langsung melepaskan tangan istrinya, "Ya terserah aku lah mau kemana. Aku gak suka di larang-larang gini ya ma. "

Lusi terkaku melihat kelakuan suaminya yang semakin hari semakin berubah. Tidak seperti biasanya.

"Aku gak ngizinin kamu pergi ya pa. " ucap Lusi sekali lagi berharap suaminya mau menuruti.

"Nggak! Sekali aku bilang tetep pergi ya pergi. Kamu banyak omong banget sih. " Prasutio menarik kopernya dan menuju pintu kamar untuk keluar.

Tapi, langkahnya terhenti sesaat melihat ada putra tunggalnya yang diam di pintu. Menjadi saksi atas keributan yang terjadi.

"Al? "

"Silakan pergi kemana pun papa mau. " ucap Ghana.

"Papa pergi karena urusan bisnis Al, jangan salah paham. " ucap Prasutio.

"Lebih cepet lebih baik, silakan pergi sekarang. " Ghana bermaksud mengusir papanya.

Prasutio mengangguk, sebelum kepergiannya ia memeluk anaknya sebentar. Selepas itu ia pergi menggerek kopernya.

Tinggallah Ghana bersama ibunya yang sudah menangis tanpa suara.

Ghana mendekati ibunya dan memeluknya. Tidak mau melihat orang yang sudah melahirkannya meneteskan air mata dengan alasan apapun itu.

Lusi memeluk erat anaknya, tidak ada siapapun yang ia miliki lagi selain Ghana. Hanya anak satu-satunya yang mau berada di sisinya saat ini.

*****

PAGI

Ghana melihat kelasnya dari kejauhan ia baru saja tiba sehabis dari parkiran. Tampaknya ada sesuatu yang terjadi pagi ini.

Ghana melewati kerumunan untuk sampai ke dalam kelasnya tanpa ingin tau lebih jauh, meski sempat mendengar jelas caci makian yang keluar dari mulut Clata.

"Emang gini guys, kalo dasarnya keturunan maling ya tetep maling! " ucap Clara, kedua tangannya terlipat di dada.

"Udah Clar, laporin aja ke polisi, biar satu penjara sama bapaknya. Emang cocok tuh bapak sama anak sama aja. " sahut Vina.

Raka sebagai pacar Vina berusaha menarik Vina mundur. Dia tidak mau kekasihnya ikut campur atas masalah ini.

Berbeda dengan Bastian yang hanya diam saja melihat wanitanya menghina sesama teman kelasnya.

Semua hanya melihat, ada juga yang ikut mengolok ngoloknya. Neisya di tengah antara seluruh siswa. Deby sebagai teman dekatnya pun tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa melihat.

Clara mendorong bahu Neisya, hatinya belum puas untuk mempermalukan wanita yang sangat ia benci ini.

"Lo masih punya malu gak sih?! Harusnya lo jaga nama baik bapak lo, bukannya lo malah ikut-ikutan nyolong! "

Neisya hanya tertunduk malu. Bukan malu karena tuduhannya benar, tapi ia tidak suka apabila papa nya ikut tersangkut.

"Gue laporin lo ke polisi aja kali ya, biar lo bisa tinggal lagi sama bokap lo itu. " lanjut Clara.

GASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang