Hari ini adalah hari empat Zala ngampus dan Bianca masih saja seminar di Bandung, jadi dia berangkat nebeng Tasya. Jika pulangnya dia akan nunggu Tasya menjemputnya di halte busway dekat kampusnya, dia belum berani untuk pulang sendiri.
Huhhh, dia menghela nafas lega karena dia tidak melupakan dompetnya lagi. Kemaren, dia harus puasa seharian karena kelupaan membawa dompet jadi dia hanya tidur di kelas dengan telinga terpasang headset.
Dengan riang dia menuju kantin, untungnya gedung fakultasnya dekat dengan kantin. Jadi dia tidak perlu repot-repot untuk mencari dimana letak kantin.
Dengan headset di telinganya juga topi jaket terus bertengger di kepalanya menutupi wajah polosnya, dia begitu menikmati musik dia dengar.
Alunan lagu Bazzi ; Beautiful menggema ditelinganya.
Tanpa sadar dia malah mengikuti lirik lagu, tidak perduli dengan beberapa orang Yang menatapnya aneh karena berkomat-kamit tidak jelas.
Dia tidak sadar jika di depannya ada beberapa geng yang di takuti serta di kagumi oleh mahasiswa di kampusnya.
Tanpa rasa takut dia melewati mereka tanpa perduli jika semua orang melongo tidak percaya, bagaimana bisa Zala begitu berani melewati geng-geng yang di segani di kampus mereka.
Mereka saja akan menepi jika geng-geng itu lewat, sedangkan Zala? Dia malah berjalan sejajar dengan mereka tanpa rasa takut.
Namun tiba-tiba saja hidung mungil Zala menangkap satu aroma sangat familiar di hidungnya, dia langsung mendongak lalu mencari pemilik aroma itu.
Namun nihil, dia tidak menemukan apapun. Namun entah kenapa hatinya menyuruhnya untuk menoleh kebelakang tetap saja dia tidak menemukan apapun.
*****
Zala POV
Gue mengangkat bahu acuh pas gak bisa nemuin pemilik parfum yang familiar di hidung gue tapi kalau di pikir-pikir lagi mustahil juga bisa nemuin karena ada banyak manusia berlalu lalang di koridor.
Gak mungkin bukan kalau gue meriksa parfum mereka satu-satu, entar gue dikira gila lagi. Jadi gue lanjutin jalan nuju kantin, suasana kantin cukup ramai.
Dengan gugup gue masuk dan berjalan menuju jajaran ruko yang menyediakan berbagai macam makanan, gue memang gini kalau ketempat yang baru gue kunjungi. Gugup dan rada canggung, gue ngerasa kalau seluruh mata di kantin natap gue dengan tatapan meremeh.
Gue cuman mesen bakso dan sebotol air mineral, gue gak terlalu suka minum jus atau sejenisnya. Gue ngelirik kekanan kiri gue, tentu saja mencari meja kosong masa iya nyari orang karena sampai sekarang gue belum juga dapet temen.
Gue bukan orang yang pinter bergaul jadi alhasil gue sendirian dan selalu sendiri, bahkan gue udah terbiasa sendiri dan ngelakuin segala hal sendirian.
Gue buka topi jaket gue dan melepas headset yang bertengger di telinga gue, maruh MP3 milik gue di samping mangkok bakso gue.
Lalu menikmati makanan gue dalam diam, namun tiba-tiba saja gue ngerasa kalau ada yang duduk di depan gue. Pas gue liat benar, ada seorang wanita yang duduk di depan gue terus senyum.
Tentu saja gue bales.
"Boleh kan gue duduk disini, soalnya meja penuh semua?" Tanya dia, gue diem dan ngelirik sekitar.
Bener apa yang dia katakan, semua meja di kantin penuh semua. Gue ngangguk doang lalu melanjutkan makan gue yang tertunda, namun lama kelamaan meja gue penuh sama cewek redaksi dan membuat gue risih.
Mana berisik banget lagi, huhhh pengen banget gue usir tapi gak enak juga. Emang ini meja punya gue?, Semua orang berhak buat dudukkinnya.
Tapi kalau gini mah bikin kesel orang, mana ini cewek-cewek malah ngerumpi lagi. Gak tau apa gue mau keluar, pakai jalan lain? Udah dari tadi gue pakek kalau ada. Ini mah gak ada, gue tuh di himpit sama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pemberian Ayah
RandomTolong kalau gak suka bacanya jangan nyampah di colom coment karena cerita ini tentang gxg. ~Kenyataann akan terus menamparmu dengan segala hal yang harus kamu telan bulat-bulat walau rasanya pahit~ Happy reading 😍😘 Cerita ini merupakan versi Pert...