Part 17

10.7K 853 10
                                    

Sekarang Zala sudah berada di kamarnya tentu saja kamarnya sendiri, semua barang-barang miliknya sudah tersusun rapi di tempatnya bahkan lemari pakaiannya sudah penuh oleh pakaiannya.

Karena seharian membereskan kamarnya membuatnya lelah, jadi dia mandi dan langsung tidur. Lain halnya dengan Desta yang kini bersiap-siap untuk keluar, kemana lagi kalau bukan bersenang-senang bersama dengan teman-temannya.

Dia sama sekali tidak perduli jika sekarang dia tidak sendiri lagi, toh yang tinggal bersamanya bukan anak kecil lagi. Dia bisa masak sendiri kalau lapar dan juga melakukan hal lainnya sendiri bukan?, ayolah dia bukan pengasuh balita dia hanya tunangan mungkin juga menikah dengan seorang bocah yang jarak umur mereka hanya beberapa tahun saja.

Sebenarnya dia sedikit ragu tapi ya sudahlah toh dia butuh senang-senang karena pusing memikirkan hal yang membuatnya stres beberapa hari ini, apalagi kalau bukan tentang pacarnya yang kini mendiaminya tapi entahlah dia sama sekali tidak perduli dengan pria itu bahkan membiarkan begitu saja.

Toh dia bisa mendapatkan yang lebih dari pria itu, walau dia mencintai pria itu tapi bukan berarti dia mengatur bahkan mengekang hidupmu bukan.

Keesokannya....

Seperti biasanya Zala bangun terlambat dan itu membuatnya panik, untungnya dia tidak perlu khawatir harus naik apa karena Bianca sudah menjemputnya.

Bahkan membuatnya sarapan, kalau wanita yang entah siapa namanya itu. Yang di paksa tunangan dengan dirinya itu kemana. Ah kenapa juga dia harus mengurusi orang yang tak penting pikir Zala.

Setelah sarapan Zala dan Bianca pun pergi tentu saja mengantar adik kecilnya ke kampusnya, untung jarak rumah Zala dan kampusnya tidak terlalu jauh bahkan kampus Bianca pun dekat.

Butuh waktu 20 menit dari kampus Zala ke kampus Bianca jadi bukan masalah jika Bianca mengantar jemput Zala, tanpa sadar jika mereka sudah berada di depan kampus Zala.

"Kak, aku masuk dulu ya. Kakak hati-hati ya dijalan" ucap Zala.

"Iya, kamu belajar yang bener ya. Selagi kakak gak ada kamu jangan berulah oke" ucap Bianca mengingatkan, Zala mengangguk paham.

Zala pun keluar dari mobil begitu juga dengan bianca, sebelum masuk ke gedung kampusnya Zala mencium tangan Bianca lalu mencium kedua pipinya. Hal itu membuat Bianca tersenyum manis, tanpa banyak bicara Zala langsung berlari masuk ke gedung sedangkan Bianca masuk ke mobilnya lalu mengegasnya menjauh dari kampus zala dan menuju kampusnya.

Dengan perasaan senang Zala masuk ke kelasnya dan tentunya saja sudah ada Vika yang menunggunya di kelasnya, dengan senyum di wajahnya dia masuk ke kelasnya bahkan dia tidak sadar jika seluruh murid di kelas itu menatapnya terpesona.

Siapa sih yang gak terpesona dengan tampang Zala yang menawan juga cool, hari ini Zala tampak berbeda. Penampilannya, ekspresi di wajahnya pun berubah. Biasanya hanya datar dan sesekali dia tersenyum namun sekarang wajahnya terlihat berseri-seri membuat auranya terpancar dengan sangat jelas.

"Kok senang Amet hari ini, ada apa?" Tanya Vika yang penasaran dengan perubahan Zala yang drastis dari 0° jadi 180°.

"Hehe iya, Lo tau gak gue tuh hari ini di anter sama kak bian. Terus kemaren gue ketemu sama orang-orang yang gue rindu pokoknya gue seneng banget" jawab Zala dengan penuh semangat, tentu saja Vika ikut senang walau dia bingung apa yang di ceritakan oleh Zala.

Zala itu sedikit tertutup jadi selama dia berteman, Vika hanya tau kalau Zala punya orang tua yang kaya raya udah itu saja.

Namun obrolan mereka harus terhenti karena dosen telah masuk jadi ya mau tidak mau mereka harus fokus ke materi yang di terangkan dosen mereka, cukup lama mereka mendengar ocehan dosennya yang isinya hampir semuanya hal tidak berguna.

Jodoh Pemberian AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang