Minggu, 24 Agustus 2014. Alarm berbunyi kembali tepat pukul 4 pagi. Di pagi ini tidak seramai pagi kemarin. Masih terdengar dengkuran peserta, baik dari teman satu tenda, ataupun dari tenda-tenda yang lainnya. Tekad kami semua adalah enggan untuk mandi. Karena memang siang ini adalah pembubaran.
ketika kesan masih tertulis di hati yang mulai mendalam, ternyata PTA telah selesai dilaksanakan. Setelah membersihkan diri walaupun sekedar mencuci wajah dan menyikat gigi, peluit dari kakak pramuka berbunyi tanda perintah untuk perwakilan tiap sangga datang dan mengambil makanan. Jam 7, semuanya harus selesai makan karena waktunya kami semua membereskan segala perlengkapan. Membereskan barang bawaan, membongkar tenda, membersihkan lapangan, termasuk membereskan kisah yang tersusun rapih dalam ingatan.
Aku dan beberapa teman perempuan duduk dibawah pohon tepat didepan ruang guru. Berbincang segala hal, dan mengucapkan selamat kepada Safira yang berulang tahun hari itu. Lantas, merencanakan tentang kado apa yang akan diberikan. Tentunya ketika Safira beranjak dari obrolan.
Setelah apel penutupan, pembagian serta penyematan pin sebagai bukti kita telah dengan baik menjadi peserta katanya, bubarlah semua siswa. Dan aku harus menunggu bapak untuk menjemput yang kedatangannya lebih lambat dari seharusnya karena ada suatu lain hal.
Dengan tas besar yang ku letakkan begitu saja diatas tanah, dan kondisi yang mulai menunjukkan kelelahan. Badanku sakit tidur hanya beralas tikar, rasanya ingin segera merebahkannya diatas kasur, keluhku dalam diam. Ketika aku tersadar darinya lamunan yang berisi rasa kesal, ku alihkan pandangan dari arah jalan ku untuk pulang, ternyata ada dia diseberang sana, sebelah barat gerbang timur sekolah.
Ku kira dia hanya sedang menunggu angkutan yang kan membawanya pulang, tapi lebih dari itu, justru dia menunggu kepulanganku.Dia hanya tersenyum melihatku. Dengan isyarat ku tanyakan "mengapa tak segera pulang?".
Hingga saat bapak datang dan aku menaiki motor, dia masih memandangiku sembari berkata "hati-hati". Hey, barang bawaanmu itu banyak sayang, untuk apa menungguku, membuang waktu. Tapi tak apa, jujur aku senang.
Sepanjang jalan sekolah sampai ke rumah, aku hanya tersenyum sendirian. Mengingat kejadian tadi, dimana diantara kita saling pandang dan saling melempar senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
usang
Short StoryAku terseret dalam, pada cerita masa lalu. Cerpen yang berdasarkan pada kisah nyata.