-Kei, udah siap buat pergi ke sekolah?-
"aku udah di sekolah Ril"
-hah serius? Ngapain, masih pagi banget loh ini, baru jam 6 lebih 10 menit aja-
"aku kan harus jaga. Paling lambat datang pukul 6.20 jadi harus datang pagi-pagi"
-duhh rajinnya cewek strong ini, haha-
"terpaksa. Buruan kamu ke sekolah,awas ya kalo sampe telat"
-ntar ah santai. Deket ini. Lagian masih lama juga jam masuknya-
"iyaa deh, serah kamu. Jangan lupa sarapan. "
-okay siap. Nanti ke kelasnya bareng ya-
"ngga untuk hari ini ya, aku malu"
-yaaah. Yaudah deh. Semangat jaga-
Percakapan itu yang mengawali di pagi hari Jumat ku. Ekstrakulikuler ku memang menuntut untuk menjadikan setiap anggotanya disiplin, dengan bidang keamanan di sekolah, harus jadi contoh dan panutan katanya. Ekstrakulikuler yang cenderung kaku, tingkat senioritas yang tinggi, namun penuh kehangatan dan kekeluargaan didalam setiap anggotanya.
Pacaran dengan kawan sekelas baru kali ini ku rasakan. Senang bercampur malu, dan selalu ada ambisi , aku harus lebih unggul dari dia, semakin malu rasanya jika aku tak memiliki apapun yang bisa membuatnya bangga.
Azril hadir sebagai penyemangat dalam sekolah ku mungkin benar adanya. Seseorang yang membuatku lebih rajin untuk datang ke sekolah, karena jika aku bolos satu hari saja, maka di hari itulah aku harus menunda pertemuan diantara kita.
Di sela jam istirahat, Azril menghampiriku
"Kei, kemaren ditanyain ngga karena kamu pulang lebih telat dari biasanya? " Azril membuka obrolan
"ngga sih, asal masih sebelum ashar udah di rumah aja, emang kenapa?" aku mengembalikan tanya kepadanya
"ya ngga papa, barangkali ditanyain atau dimarahin. Semalem aku ditanyain sama ayah kenapa pulang telat. Aku jawab aja abis nembak cewek." ia berkata dengan nada santainya.
"hah? Serius? Parah ih kamu. Dimarahin dong sama ayah kamu?" mataku terbelalak menatap wajahnya yang masih saja dengan ekspresi santai.
"ngga lah, malah aku ceritain kamu ke ayah sama mamah. Aku tunjukin foto kamu." Ia tersenyum menyajikan barisan gigi gingsulnya.
"yaampun Jil, parah ya. Terus apa kata mereka?" tanyaku mulai penasaran.
"ya kata ayah sih ngga papa, selagi masih bisa belajar dengan fokus. Katanya juga, kamu cantik."
"baru juga jadian sehari lah Jil, gimana si"
"ya ngga papa lah. Yang penting respon mereka baik tentang kamu. Udah yu masuk ke kelas, udah jam 10.15,bentar lagi bel bunyi. "
Aku mengiyakan, memasuki kelas dengan perasaan yang bercampuran. Bahagia karena aku dapat diterima dengan baik oleh keluarganya, dan juga takut membuatnya kecewa karena aku masih harus berpacaran tanpa sepengetahuan mamah dan bapak.
============================Baru saja seminggu, rasanya kabar Azril berpacaran denganku telah menyebar sempurna diseluruh keluarga besarnya. Ku dengar cerita Azril, semuanya antusias untuk mengetahui tentangku.
Ketika hari Rabu, ada satu guru yang berhalangan masuk, ya bisa disebut free class atau jam kosong.
Aku diajak Azril untuk ke kantin, ada kakak sepupu yang datang dan ingin berkenalan katanya. Aku mulai panas dingin, takut salah tingkah dan lain sebagainya. Sempat aku menolak ajakannya, tapi aku juga harus menghargai kedatangannya, Mba Yasyfa.Mba Yasyfa memang alumni sekolah ini, jadi bisa dengan bebas datang ke sekolah kapan saja. Dengan kerudung warna merah jambu, terlihat cantik dan manis, tak bosan untuk dipandang. Dari kejauhan mba Yasyfa tersenyum dan melambaikan tangannya kepadaku dan Azril. Aku tersenyum, dan dipersilahkan duduk diantara mba Yasyfa dan Azril.
"Ini Jil yg namanya Kei? Cantik ya? Mirip sama mba Gina ya Jil?" Mba Yasyfa menunjukkan sebuah foto dari ponsel nya.
Dengan sikap ramahnya ia bertanya banyak hal. Tentangku, tentang ekstrakulikuler ku, dan tentang kesan pertamaku berkenalan dengan Azril.
Tuhan, bahagia rasanya aku masuk ke dalam keluarga yang penuh dengan kelembutan.
Pertemuan pertama dengannya ditutup dengan sesi foto bersama, untuk kenangan dan ditunjukkan kepada orang tua Mba Yasyfa katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
usang
Short StoryAku terseret dalam, pada cerita masa lalu. Cerpen yang berdasarkan pada kisah nyata.