12.1 : 15 DESEMBER 2018

50 3 1
                                    

–Mama–

'terlalu berusaha keras untuk mencukupi kebutuhan kami secara material tanpa tahu jika anak tidak hanya butuh uang, terkadang anak juga butuh diajak bicara, terkadang anak hanya butuh pelukan menenangkan sambil mendengar ibunya berucap 'semua akan baik-baik saja'.. Iyaaa, hanya semudah itu.'

***
3 bulan sudah berlalu sejak kejadian aku pingsan karena tidak sengaja ditonjok oleh Devin.

Tidak. Cowok itu tidak berusaha menemuiku. Dia memang meminta maaf, tapi hanya lewat surat yang dia titipkan kepada Sheila. Selebihnya dia hanya diam ketika kami tidak sengaja berpapasan di lorong, atau ketika kami tidak sengaja berjalan bersamaan ketika menuju kantin.

Tidak. Tidak ada pembicaraan diantara kami. Ketika aku terseyum atau mencoba menyapanya, dia hanya diam. Menatapku sebentar lalu membuang muka dan segera pergi.

Seharusnya aku yang marah karena dia menonjok kepalaku, tapi nyata aku tidak bisa marah. Tidak bisa marah kepada Devin. Dan yang tidak terduga, Devin menghindar. Entah karena apa.

Hingga hari ini, saat pembagian laporan hasil ulangan semester, Devin tetap tidak berniat berbicara denganku.

Beberapa kali aku berpapasan dengan Devin, tapi cowok itu tetap diam.

"ngelamun mulu, nih anak.."

Sheila duduk di sampingku sambil menawarna beberapa camilan yang baru dia beli di kantin.

"enggak.. Gue kenyang.." kataku.

"lo kenapa, sih, Xa??" tanya Sheila.

"nggak pa-pa, tuh.." jawabku dengan santai.

"cerita dong.. Lo nggak seru amat.." cibir Sheila.

"biasa, Shel.." jawabku santai.

Terdengar suara Sheila tertawa. Sudahlah, anak ini memang sering menertawakanku.

"kalo lo masih suka, yaa kejar dong, Xa.. Diem mulu tapi memendam rasa.."

Aku terdiam sejenak. Aku ini cewek, masa iya aku disurung ngejar?? Lagipula, dalam kasus ini Devin yang salah. Seharusnya cowok itu yang berusaha. Atau memang benar kata Adrian jika Devin tidak serius berhubungan denganku??

Ahhh, iyaa. Beberapa saat belakangan aku memang dekat dengan Adrian. Dekat dalam batas wajar. Kami hanya berteman.. Atau mungkin bersahabat.

Kedua kakakku tidak masalah jika aku dekat dengan Adrian. Kak Alzo yang awalnya masih terlihat kesal dengan Adrian, sekarang mulai mau bicara dengan cowok itu ketika dia main ke rumah.

"nggak penting banget, sih?? Gue sekarang mulai sadar, Devin itu nggak sebaik yang gue kira.. Iyaa dia emang baik, tapi.. Selama ini, udah berapa kali gue diselingkuhin?? Gue sekarang baru sadar, Shel kenapa kakak gue nglarang gue deket sama Devin.. Mungkin kak Alzo udah tahu kalo itu kebiasaan Devin.." kataku panjang lebar.

Sheila hanya menatapku sejenak lalu kembali makan camilannya.

Cewek ini tidak berniat menanggapi perkataanku. Entahlah.. Meski terkadang hubungan Devin dan Sheila terlihat seperti musuh, tapi sebenarnya mereka itu teman dekat. Mungkin Sheila tidak terima jika aku mengatai Devin tukang selingkuh.

Sudahlah..

"jadi??" tanya Sheila.

"jadi apa??"

"lo berniat menjauh dari Devin??"

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Sejak dulu, aku tentu saja berniat menjauhi Devin, tapi cowok itu selalu punya cara untuk menarikku lagi.

Tapi sekarang Devin terlihat enggan mendekat, jadi mungkin ini menjadi pertanda jika aku harus menjauh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

3 YEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang