—Kecewa—
"Aku mempercayai dia, tapi kurasa dia tidak mempercayaiku"
.patrisia arselita.***
"rumah siapa Vin??" tanyaku saat motor Devin berbelok masuk ke pelataran rumah yang cukup besar.
"temen.. Kita mau ngumpul di sini" jawab Devin tanpa menengok.
Cowok itu sedang fokus memarkirkan motornya disamping motor besar lainnya.
"motor kakak gue kan?? " tanyaku sambil menunjuk motor besar milik Kak Alzo.
"iyaa.. Dia juga kesini.. " jawab Devin dengan singkat.
Setelah selesai memarkirkan motor, Devin segera menyuruhku turun.
Kami berdua berjalan pelan ke arah pintu rumah besar itu.
"hei.. Vin.." sapa seorang cowok berkaos hitam yang kebetulan berpapasan dengan kami di pintu rumah.
"wee.. Apa kabar??" tanya Devin sambil merangkul bahu cowok itu.
"biasa lah.. Gue baik kok.. Lo sendiri gimana?? Lama banget nggak pernah muncul.." kata cowok itu.
Aku diam saja dibelakang mereka, Devin dan cowok tadi ngobrol sendiri seakan melupakan kenyataan bahwa aku berada di belakang mereka.
Sepanjang pengamatanku, rumah ini cukup menarik. Tata letak barang-barang diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan sederhana yang menarik.
Aku terus berjalan mengikuti Devin hingga kami masuk ke dalam ruangan yang penuh asap rokok, aku seketika terbatuk karena mencium aroma rokok dan Devin jadi membalik tubuhnya menghadapku, sepertinya cowok itu mengingat jika ada aku di belakangnya.
"kenapa??" tanya Devin pelan.
Aku menggeleng singkat.
"ini apaan sih?? Kenapa baunya rokok??" tanya Devin pada orang-orang yang ada di ruangan penuh asap rokok tadi.
Aku melihat Kak Alzo berdiri lalu berjalan ke arahku. Sebelumnya aku juga melihat dia membuang batang rokoknya.
Jadi kak Alzo juga merokok. Kupikir kakakku itu tidak pernah merokok. Aku jadi sedikit kecewa saat mengetahui fakta barusan. Kupikir aku sudah mengenal kakakku dengan baik, tapi ternyata masih ada rahasia yang tidak dia ceritakan padaku. Aku selama ini berpikir dia tidak suka merokok, tapi.. Yaa sudahlah..
"kenapa sih ini?? Gue bilang jangan main rokok.. Kenapa masih pada main rokok??" tanya Devin ke Kak Alzo.
Sebenarnya aku juga sudah berhenti terbatuk, tapi sepertinya Devin memang tidak menyukai asap rokok yang memenuhi ruangan ini.
"biasalah.. Kayak nggak tahu aja kalo kita ngumpul pasti pada ngerokok.." jawab Kak Alzo dengan santai.
"gue pulang aja.. Males banget gue.." kata Devin sambil sambil menggandengku berjalan keluar dari ruangan.
"ehh.. Dibersihin kok.. Tenang aja"
Belum sempat kami keluar dari rumah, seseorang sudah menahan Devin.
Cowok itu sepertinya tidak ingin acara kumpul mereka jadi hancur hanya karena Devin tidak menyukai asap rokok.
"nggak suka banget gue Vi.. Dari kemaren kan gue udah bilang.." jawab Devin.
"iyaa.. Maaf deh.. Kita'kan emang biasa begitu" kata cowok tadi.
Kukira Devin sama seperti cowok lain, kukira cowok itu juga menyukai rokok. Tapi ternyata Devin berbeda, cowok itu tidak suka bau rokok.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 YEARS
Teen Fiction3 Tahun.. Selama 3 tahun kamu memberiku banyak rasa.. Rasa bahagia saat mencintaimu dan dicintai olehmu.. Rasa senang saat bersamamu.. Rasa sakit saat menyadari bahwa kamu bukan hanya untukku.. Rasa sesak saat tahu bahwa semua harus berakhir.. Rasa...