Chapter 14

4.3K 263 6
                                    

Dua hari telah berlalu sangat lambat bagi Naruto dan teman-teman. Mereka berpencar, mencari dan terus mencari Sakura tanpa lelah. Satu persatu teman-teman mereka ditarik oleh Kakashi dari misi mencari Sakura untuk melakukan misi lain di Desa. Kini hanya tinggal tersisa Naruto, Sasuke, Sai, Hinata dan Ino.

Mereka telah pergi ketempat-tempat sekitar Desa, namun nihil. Naruto dan Sasuke, mereka berdua belum bisa sepenuhnya percaya jika Sakura benar-benar pergi. Apalagi ketika mereka mengingat kenangan bersama Sakura saat gennin. Sifat Sakura yang ramah dan bersahabat sangat kontras jika ia tiba-tiba pergi tanpa jejak. Meskipun Naruto akui kalau Sakura galak, namun hal itu tidak membuat sifat ramahnya menghilang.

Sedangkan Sasuke, ia juga tidak dapat percaya jika Sakura menghilang begitu saja. Ia mengingat kesetiaan gadis itu yang menurutnya sangat tidak mungkin jika Sakura pergi begitu saja.

Pasti ada sesuatu, sesuatu yang disembunyikan. Entahlah, perasaan Sasuke semakin tidak nyaman. Jika ia boleh jujur, sejak setahun setelah perjalanan penebusan dosanya, ia selalu mendambakan pelukan Sakura. Yah mungkin itu sedikit berlebihan, tapi sejujurnya, Sasuke juga menginginkan bibir Sakura. Well, itu memang keinginan Sasuke.

Kini mereka berhenti di sebuah Desa kecil timur Konoha. Jarak antara Desa ini dan Konoha lumayan jauh. Mereka beristirahat sejenak untuk melepas penat yang menghampiri bahu mereka. Asal kalian tahu, mereka mencari Sakura masih tanpa tahu arah ataupun petunjuk sedikit pun.

Lantas, bagaimana mereka mencari Sakura? Bahkan hingga dua hari? Jawabannya, mereka, oh atau lebih tepatnya Sai mengirim tikus-tikus kecil, burung dan beberapa hewan lukisan lainnya untuk mencari gadis dengan ciri-ciri rambut merah muda dan mata hijau emerald.

Naruto, Sasuke dan Ino juga berusaha mendapatkan informasi tentang gadis berambut merah muda. Mereka hanya bisa berharap dan menunggu. Sedangkan di Konoha, sepertinya Kakashi sedang pusing berat akibat Tsunade yang terus memojokkannya agar mencari info tentang Sakura.

***

Pohon besar ditengah Taman itu tampak berdiri kokoh. Daun-daun hijaunya ikut melambai ketika angin berhembus pelan menyapu rerumputan. Matahari saat itu bersembunyi malu-malu dibalik gumpalan awan putih.

Namun tempat cerita ini bukan di Taman itu, melainkan disebuah kamar yang tak jauh dari Taman itu.

Kamar itu tak terlalu besar, namun juga tidak terlalu kecil. Tirai biru langit dikamar itu tampak tersingkap akibat tiupan angin yang berhembus melewati jendela yang terbuka. Dikamar itu terlihat sebuah ranjang kecil yang muat untuk satu orang saja. Selimut diranjang itu sudah tidak berbentuk rapi.

Namun bukan ranjang yang harus jadi perhatian, melainkan gadis berambut pink yang duduk bersandar pada kepala ranjang.

Gadis itu melipat kedua kakinya hingga mempertemukan kedua lutut dan dagunya. Ia duduk meringkuk sambil memeluk lututnya. Pakaian putih yang dipadukan dengan celana putih tampak melekat pada tubuh mungil itu.

Ia tertunduk, ia tak tahu ia dimana sekarang. Namanya, asalnya, bahkan siapa ia, ia pun tak tahu. Sejak ia tersadar dari pingsannya lima belas menit lalu, tak ada seorang pun yang datang menemui atau menyapanya. Ia takut, sangat takut. Dimana ini? Aku.., siapa aku? Ada apa dengan ku?

Air mata jatuh membasahi sprai putih yang membaluti ranjang mungil itu. Ia masih setia tertunduk dan meringkuk, tak berniat keluar dari kamar untuk sekedar mencari seseoramg yang mungkin tau tentang dirinya.

Cklek!

Pintu dengan ukiran khas dikamar itu terbuka, menampilkan seorang wanita cantik yang terbalut kimono biru pendek.

You are everything to meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang