Bag -18

1K 80 17
                                    


Menatap Taeyeon serta Taeyong yang sedang tidur benar benar menentramkan hatiku, walaupun sekarang ada rasa lain yang jujur saja sangat mengganggu.

Pernyataan Siwon tadi masih terngiang-ngiang di telingaku, Apa yang harus aku lakukan.otokaji.....!
Merasa kesal saat kau tidak tahu apa yang harus kau lakukan ,"meskipun sudah jelas jelas kau tahu apa yang kau inginkan.

Kukecup kening si kembar bergantian lalu akupun keluar dari kamar mereka.
Berhenti di depan kamar Siwon yang tidak tertutup hanya dengan mendorongnya saja pintu itu kan terbuka lebar tapi aku tidak melakukannya karna aku masih belum siap untuk melihatnya kembali.
"Siwon pasti tidak ada di dalam" desahku lalu menjauhi kamar itu berharap menemukan Siwon di bawah.

Terdiam di tangga terakhir aku mendapati Siwon berdiri di depan perapian.

"Belum tidur?" Ucapku yang terlihat sedikit mengagetkannya.
"Tidak bisa tidur, kau sendiri?" Jawabnya menoleh menatapku dan tersenyum.
"Sama, aku...tidak bisa tidur" aku melangkah mendekatinya dan ia kembali menatap perapian di depannya.

"Apa yang kau pikirkan?"
"Aku sedang berfikir kalau aku tidak akan bisa memperlihatkan si kembar saat perapian ini di gunakan"
"Wei?"
Siwon menghela nafas lalu menoleh dan menawarkan segelas anggur yang aku tolak dengan menggelengkan kepala.
"Sekarang masih terlalu dini untuk menyalakannya dan kalau menunggu suhu semakin dingin kurasa itu cukup membutuhkan waktu, dan lagi tiket yang sudah ku booking adalah hari sabtu"
Tersentak dengan ucapannya akupun menatapnya tak percaya, secepat itukah?.

"Jangan pergi!" Ucapku pelan, Siwon tampak bingung menatapku.
"Ku bilang jangan pergi!" Ucapku lagi dan kami saling bertatapan.
"Kumohon " tambahku dan pandanganku memburam karna air mataku mulai merembes keluar.
"Kenapa? Bukankah kau menginginkan kami pergi?"
"Aniyo" aku menyanggahnya.
"Chulla..."
"Tetaplah tinggal Siwon, Kajima!"

Tak kusadari Siwon mendekatkan tubuhnya sampai kurasakan tanganya menyeka air mataku.
"Kau yakin?"
Akupun mengangguk. Ya aku yakin aku tidak akan sanggup jika harus kehilangan mereka. Persetam dengan perasaan cinta yang mulai tumbuh untuknya yang pasti aku tidak ingin kehilangan nya serta  si kembar yang akhir akhir ini sudah merajai seluruh kehidupanku.

"Kau tahu kau tidak bisa mengubah keputusanmu lagi?, apa benar kau ingin kami tinggal?"
"Ya, aku ingin kalian tinggal. Tapi Siwon..."
"Hmmm..."
Aku tak berani menatapnya, wajahnya yang tampan membuat penglihatanku semakin buram.
Sial bahkan jantungku berdetak lebih cepat saat kurasaka suhu tubuhnya yang begitu dekat.
"Kau tidak masalah?"
"Masalah?"
"Wajahku?, tidakkah itu mengganggumu?"
"Kau.....itukah yang selama ini kau pikirkan?, jika aku akan merasa terganggu dengan wajahmu?"
Aku mengangguk perlahan dan masih tak mampu menatapnya.

Hening sejenak lalu Siwon meraih daguku dan menengadahkan wajahku agar aku menatapnya.
"Kau tahu?, aku tidak benar benar mengira kau dan Heemi adalah orang yang sama, bagiku Heemi adalah Heemi dan Kau adalah Heechulie".
"Aku bukan Heemi" lirihku, dan Siwon langsung memelukku.
"Tentu saja, kau adalah Heechul, Kim Heechul"
Dan pecahlah sudah tangisanku.
Malam itu aku habiskan dengan menangis di pelukan Siwon.

Paginya, aku terbangun di sofa ruang tengah. Aku tidak sadar kapan aku tertidur Semalam. Dan saat aku bergerak, pergerakan di bawahku membuat tubuhku membeku. Apalagi sebuah erangan yang aku tahu milik Siwon membuatku semakin terdiam membatu.

"Pagi...!" Sapanya.
"Hmm...pagi ucapku tak mampu bergerak"
"Arghhhhh" erangnya Lagi sambil mencoba untuk duduk dari posisinya.
"Kau baik baik saja"
"Hmm, iya. Hanya sedikit keram" jawabnya sambil memijat lengan kirinya"
"Pasti itu karna diriku, Mianhe!"
Siwon tersenyum.,"tidak masalah asalkan kau bisa tidur dengan nyenyak".
Ku gigit bibirku gugup.
"Terimakasih " ucapku akhirnya merasa malu, ahhh bisa kurasakan pipiku memanas sekarang.

Love is hurts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang