bag.11

232 10 4
                                    

Gua itu orangnya cuek. kalo gua care berarti Lo spesial.

🍭🍭🍭

Aisyah mulai memasuki rumahnya yang besar dan luas itu. "Assalamualaikum." ucapnya saat membuka pintu rumahnya.

"Waalaikumsalam." beberapa orang yang berada diruang tamu itu pun langsung menjawab salam aisyah.

Ray, Berlin dan Nathan. Ketiga orang itu kini sedang duduk manis di sofa ruang tamu.

Aisyah yang melihat keberadaan orang tua sekaligus abangnya pun ia langsung menghampiri mereka. lalu ia menyalami tangan punggung Ray dan Berlin.

"Maaf pah, Caca pulang terlambat." ucap Aisyah dengan perasaan yang sedikit takut.

Ray yang mendengar ucapan putrinya itupun hanya tersenyum. tangannya menarik tangan Aisyah agar duduk di tengah-tengah antara ia dan berlin. Aisyah mengerti akan kemauan Ray pun ia langsung duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya itu.

"Gimana keadaan kamu, udah baikan atau masih pusing?"

Aisyah menggelengkan kepalanya.
"Aku udah enakan pah. papah gak marah aku pulang jam segini?" Tanya Aisyah dengan rasa takutnya.

Ray tersenyum kearah putrinya itu. lalu ia mengelus pucuk kepala Aisyah dengan lembut.

"Selama kamu pergi nya sama Devan, papah gak akan pernah marah sama kamu." ujar Ray dengan sangat-sangat lembut.

Aisyah bingung mendegarnya. mengapa papah nya ini sangat percaya sekali terhadap Devan.

Berlin yang mengerti putri nya yang kebingungan pun langsung memutarkan tubuh putrinya itu agar menghadap ke arahnya.

"Papah sama mamah percaya kalo Devan memang bisa jagain kamu nak." ucap Berlin dengan sangat lembut.

"Tapikan aku sama Devan cuma temenan mah gak pacaran." ucap Aisyah menjawab perkataan Berlin tadi.

"Emang siapa yang ngomong kalo Lo pacaran sama Devan sih ca? kan mamah sama papah cuma bilang Devan bisa jagain Lo doang. geer banget sih Lo." Sahut Nathan

Aisyah mengerucutkan bibirnya itu membuat siapa pun orang yang melihatnya merasa gemas.

"Atau jangan-jangan Lo pengen ya pacaran sama Devan?" Sahut Nathan lagi sambil melirik Aisyah dengan penuh tanda tanya itu.

"Mama, Abang nya tuh." rengek Aisyah pada Berlin.

Mereka hanya tertawa melihat sikap Aisyah yang seperti anak kecil itu. padahal umurnya sekarang sudah 16 tahun tetapi masih saja sikapnya itu terlihat seperti anak bocah TK.

"Kalian jahat banget sih aku malah diketawain." rengek Aisyah.

"Udah-udah kesian ah, adeknya tuh udah merah mukanya." sahut Ray sambil terkekeh.

"Mending kamu ke kamar sayang. bersihin badan kamu ya." ucap Berlin. Dan tangannya mengelus-elus rambut Aisyah dengan lembut.

Aisyah menganggukan kepalanya mengerti. lalu ia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua itu.

I LOVE HIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang