bag.43

91 4 0
                                    

"Udah ka, gak usah diladenin bang Nathan mah." Ucap aisyah melerai perdebatan yang akan dimulai antara vika dan Nathan.

Vika membuang nafasnya kasar, lalu kepalanya mengangguk. "Mending Lo pesan makanan nya sekarang. Tuh liat, antrian nya udah lumayan panjang." Jari telunjuk wanita itu menunjuk ke arah antrean yang kini sudah mulai panjang.

"Iya deh. Yuk put." Putri mengangguk. Lalu kedua nya langsung menuju ke antrian yang sudah mulai memanjang itu.

Setelah kepergian vika dan putri, Aisyah langsung menatap ke arah abangnya dengan sorotan tajam. Nathan yang melihat itu langsung bergidik ngeri. "Serem ca, liatnya."

"Bisa gak sih, Lo sehari aja jadi orang bener?"

Nathan mengernyitkan keningnya. "Oh, jadi selama ini menurut Lo, gua orang ga bener gitu?"

"Ya bukan gitu juga sih bang, maksud gua tuh —" ucapan Aisyah terhenti begitu melihat Nathan, beranjak dari tempat duduknya dan melangkahkan kaki jenjang nya keluar dari kafe tersebut, meninggalkan teman-temannya yang kini sedang menatap kepergian nya dari sana.

Secara tiba-tiba, cairan bening itu keluar dari mata cantik milik Aisyah. Tak ada kata lain yang sedang ia rasakan saat ini. Ia hanya merasa bersalah kepada abangnya, karena salah mengucapkan kata-kata nya.

Devan menghela nafasnya, ia langsung mendekati Aisyahnya. "Udah ca, gausah dipikirin. Nanti juga Nathan balik lagi."

Aisyah menghapus cairan bening tersebut yang menetes di daerah pipi tembem nya. "Masalahnya aku satu rumah sama dia van, mana mungkin aku bisa tenang kalo kayak gitu. Hiks."

"Pulang nanti, kamu langsung minta maaf sama Nathan, ngomong baik-baik sama dia. Aku yakin, Nathan gaakan tahan lama marahan sama adiknya sendiri."

Akhirnya, Aisyah menganggukkan kepalanya. "Oke. Pulang dari sini aku langsung minta maaf sama bang Nathan."

"Senyum dong." Pinta devan. Tak lama dari itu, Aisyah menerbitkan seulas bulan sabit di bibirnya.

"Yaudah, yuk duduk lagi. Abis makan kita langsung pulang." Aisyah menganggukkan kepalanya kembali. Lalu kedua nya berjalan mendekati teman-temannya yang sedang duduk dan menatap khawatir ke arah Aisyah.

"Tenang aja ca, bang Nathan pasti Maafin Lo kok, gua yakin banget." Ucap Anna menyemangati. "Amin, do'ain aja ya." Jawabnya sambil tersenyum. "Pasti itumah."

Dan tak lama dari itu, vika dan putri datang membawa sebuah nampan yang berisi makanan pesanan mereka tadi. "Loh, kak Nathan mana?" Tanya putri ketika tak melihat kehadiran Nathan disana.

"Bang Nathan pulang, tadi mamah nelpon, nyuruh dia pulang." Devan, Anna dan gerry, langsung melihat ke arah Aisyah dengan bingung. Entah lah, apa yang dipikirkan Aisyah  hingga berbicara berbohong seperti itu.

Akhirnya, setelah melihat isyarat yang Aisyah berikan, mereka langsung mengerti dan menghela nafas pasrah. Mungkin Aisyah tidak ingin vika, sahabatnya merasa bersalah, Fikri mereka.

"Ohh gitu." Ujar putri. Sedangkan Vika hanya mengangkat bahu nya tidak peduli.

•••••

Devan dan Aisyah tiba di rumah milik keluarga Dirgantata tepat pukul 5 sore. Aisyah langsung turun dari motor milik devan. "Do'ain aku ya van. Semoga bang Nathan mau maafin aku." Devan mengangguk. "Pasti ca. Kamu jangan terlalu dipikirin ya, yang ada manti malah kamu jadi sakit." Ucap devan.

"Iya, aku masuk ya. Kamu hati-hati pulangnya, jangan ngebut-ngebut. Kalo dah sampe rumah kasih kabar." Devan tersenyum mendengarnya. "Iya sayang."

"Aku pulang ya, Assalamuallaikum." Pamit devan. "Waalaikumsalam." Setelah mendengar balasan salam dari Aisyah, devan langsung menancapkan pedal gas motornya, meninggalkan pekarangan rumah keluar dirgantara.

I LOVE HIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang