bag.36

133 7 0
                                    

Semenjak kamu hadir di setiap hari-hari ku sejak saat itu, menurut ku, sekarang Tak ada satu pun hari yang tidak menyenangkan bila di lewati.

•••••

Hari ini hari Minggu yang cerah bagi Devan. Karena saat ia membuka matanya pertama kali yang ia lihat adalah Aisyahnya. Saat itu Aisyah masih tertidur pulas bersama dengan teman-temannya.

Tak ada kata-kata yang dapat Devan ucapkan selain tersenyum. Entah lah, baginya Aisyah adalah wanita yang bisa membuatnya selalu tersenyum setelah bundanya. Hari-harinya pun terasa lebih lengkap sekarang, lengkap karena Aisyah sudah masuk ke dalam kehidupan nya.

Namun, hari ini juga hari yang menyebalkan bagi Devan. Karena sedari tadi ia sedang berdebat dengan Nathan yang terus saja memaksanya untuk memberitahukan dimana ia belajar pantun. Hal yang tidak penting bukan?

Entah lah, Devan sudah sangat pusing menghadapi sikap sohibnya yang satu itu. Pasalnya sohibnya itu selalu saja membahas hal yang tidak penting.

"Ayolah Van, kasih tau gua dimana Lo belajar pantun." rengek Devan meminta Devan untuk memberitahunya.

"Apaan sih Lo, Gapenting banget." Ujar Devan kesal.

"Bagi gua itu penting Van. Nanti kan gua bisa godain cewek-cewek cantik pake pantun."

Saat mendengar itupun Devan langsung memutar bola matanya malas. "Ck! Ya Lo bisa baca-baca di buku pantun bodoh." Devan sudah kesal sekali menghadapi sikap Nathan pagi ini.

"Ohiya. Bener juga ya Lo." Nathan mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

"Yaudah, Kenapa gak dari tadi aja Lo kasih tau guanya van--," ujar Nathan lagi.

"Serah anjir!"

Pertengkaran kecil pagi itu sangat mengganggu Aisyah yang sedang tertidur. Bukan hanya Aisyah, teman-temannya juga merasa terganggu oleh perbuatan Devan dan Nathan pagi itu.

Aisyah mulai membuka matanya dengan perlahan. Ia sangat kesal mendengar ucapan-ucapan yang sedang dibicarakan oleh dua lelaki yang tak lain adalah Devan dan Nathan.

"Kurang kerjaan banget sih Lo berdua, Bisa gak gausah berisik? Lo berdua gak liat kita-kita masih tidur?!" Aisyah langsung saja memarahi Devan dan Nathan. Kedua lelaki itupun langsung mengarahkan pandangannya kearah wanita yang baru saja memarahi mereka.

"Abang Lo tuh ca pagi-pagi dah bikin gua darah tinggi." Devan menunjuk Nathan yang berada di sampingnya.

Nathan yang melihat itupun langsung menghempaskan tangan Devan dengan kencang. "Lagian Lo sih gamau ngasih tau gua dimana tempat Lo belajar pan,--"

"Udah diem!" Aisyah mulai pusing sekarang. Keduanya sudah sama-sama dewasa. Namun mengapa otak mereka tidak berjalan? Hal yang tidak penting pun mengapa dijadikan permasalahan?

Seharusnya mereka bisa berfikir secara matang. Hal yang tidak penting seperti itu tidak usah dijadikan permasalahan seperti yang dilakukan Devan dan Nathan pagi ini.

Aisyah mengerti, abangnya memang lah sudah seperti itu sikapnya. Namun yang tak ia mengerti adalah Devan. Mengapa Devan malah menanggapi abangnya itu. Ah entah lah, mungkin sekarang sikap Nathan sudah menular kepada Devan.

"Dua-duanya salah! Lo berdua tuh udah dewasa. Cobalah bersikap seperti orang dewasa jangan kayak anak SD aja." Ucap Aisyah menceramahi Kedua lelaki yang kini berada di hadapannya.

Keduanya hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya. Mereka tidak berani melawan Aisyah yang sedang memarahinya itu. Percuma, jika mereka mengeluarkan ocehannya pun tidak akan menang dari ocehan yang aisyah lontarkan.

I LOVE HIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang