bag.41

117 7 5
                                    

Kata Nyaman kini sedang berperan di dalam rasa kita berdua.

•••••

Devan dan Nathan berjalan beriringan menuju ke kantin belakang. Niatnya tadi, Devan akan menjalani hukumannya. Namun, setelah mendengar ucapan menggoda dari syaiton yang kini berada di sebelahnya, akhirnya ia tergoda dengan apa yang diucapkan oleh syaiton tersebut. Siapa lagi kalo bukan Nathan lah syaitonnya.

Flashback on

"Eh, Van, kantin aja kuy." ajak Nathan.

Devan langsung menoleh kearah Nathan, sambil menaikkan satu alisnya. "Gila." Umpatnya. "Lo mau di amuk hah, sama si guru biologi tadi?" Tanya Devan.

"Yaaaa, kagak lah."

"Yaudah, jalanin hukumannya!" Bentak Devan. Bukannya merasa ketakutan, Nathan justru malah tertawa kencang.

"Ayolah Van, kantin aja, sapa tau ada si Caca disana." Tebak Nathan. Devan terdiam sejenak, ucapan Nathan barusan ada bener nya juga. Ia baru ingat, tadi pagi saat mengantarkan Aisyah ke kelasnya, ia sempat menyuruh Aisyah untuk pergi ke kantin bersama temannya untuk membeli minuman jika haus. Siapa tau saja Aisyah masih berada di kantin.

Devan menganggukkan kepalanya sambil mengembangkan senyumannya. "Kuy lah, ngantin!" Devan berjalan terlebih dahulu meninggalkan Nathan yang sedari tadi mematung sambil menatap kepergiannya.

"Giliran ngomong ada si Caca aja langsung semangat." Celetuk Nathan kesal. Ia pun langsung berlari menghampiri Devan yang sudah jauh di depan sana.

Flashback off

Devan dan Nathan kini sudah sampai di pintu masuk kantin. Benar saja ucapan Nathan tadi, disana, lebih tepatnya di pojok kantin, ada Aisyah beserta ketiga temannya yang sedang duduk sambil menikmati makannya masing-masing.

"Bener kan apa kata gua, di kantin ada Caca." ucap Nathan bangga.

"Hm."

Baru saja Devan akan berjalan menghampiri Aisyah, namun, tiba-tiba saja dari arah belakang ada seseorang yang memanggil namanya dan juga nama Nathan.

"Woy, Van, Nat!" Teriak seseorang dari arah belakang.

Keduanya sontak langsung memutar tubuhnya kearah belakang, dan ternyata, disana ada Gerry yang sedang cengengesan dan mulai menghampiri kearah keduanya.

"Gua kira Lo berdua ngejalanin hukuman dilapangan, eh tau nye malah ngantin." ujar Gerry. Kini lelaki itu sudah berdiri diantara Devan dan Nathan.

"Kok Lo kesini?" Tanya Devan penasaran.

"Bukannya di kelas aja Ger, belajar biar pinter." kata Nathan.

"Ciihh, males banget gua. Masa dua sohib gua dihukum keluar kelas gua sendiri kaga sih, gak solidaritas namanya." Ucap Gerry dramatis.

"Wiihh," Teriak Nathan senang.

Berbeda dengan Devan, lelaki itu justru memutar bola matanya malas. "Cuihh. Sok dramatis banget Lo." Setelah mengatakan ucapannya barusan, Devan meninggalkan kedua temannya yang penuh dengan drama itu. ia berjalan menuju kearah meja pojok, yang disana terdapat Aisyah dan ketiga temannya.

Nathan dan Gerry saling pandang. Lalu tak lama, keduanya dengan kompak menggeleng-gelengkan kepalanya. "Hobi banget tuh anak, ninggalin kita." Ujar Nathan. Mereka berdua pun menghembuskan nafasnya secara perlahan, lalu berjalan menghampiri sohibnya yang sudah berada di pojok kantin sana.

•••••

Devan langsung mendudukkan dirinya di kursi samping Aisyah yang kosong. "Hai." sapa nya.

I LOVE HIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang