19

21 1 0
                                    

~Budayakan vote ya,chinguu^^~
.
.
.
.
.
.
.
"Happy Reading^^~
.
.
.
.
.
.
Dering telfon merusak kedamaian seorang Taehyung yang sedang terlelap.

Taehyung mencoba meraih telfonnya yang berada di atas nakas. 

Hanya terdengar suara isakan di seberang telfon. 

"kenapa hyung? Kenapa menangis?"

"Jungkook sudah tidak ada,tae. Sekarang Hyung di Rumah Sakit Mansae menunggu pemerosesan pemakaman"

"Nde hyung. Aku segera kesana"

Suara seseorang mengagetakan taehyung. 

"jadi benar mimpiku tadi malam?"

Entah sejak kapan Alra menguping pembicaraan Taehyung dan Jin Hyung. 

Bodohnya Taehyung baru sadar dia tadi meloudspeaker handphonenya. 

"Tae,  bilang semua ini mimpi"

Tae bergegas memeluk Alra.

Alra menangis hebat dibalik tubuh Taehyung.

"Mungkin memang sudah ini jalannya. Kita hanya manusia biasa yang tidak bisa menentukan kehendak. Jadi kita harus belajar ikhlas ya rara~ya"

Alra melonggarkan pelukan Taehyung.

"Tapi tae, apa ini semua salahku? Dia menelfonku tadi malam. Bodohnya aku terlalu terlelap. Tae bagaiamana ini? Tidak bisakah memutar waktu.  Aku menyesal"

Dia semakin menangis dipelukkanku.

Aku mendiamkan posisi ini bebrapa saat hingga tidak kudengar lagi suara isakan Alra. 

"Ra?"

"Hm?"

"Sudah?"

"Aku malu"

"malu kenapa?"

"mataku sembab"

Rasanya ia ingin mencubit pipi Alra tapi sadar bahwa momennya tidak tepat.

"yasudah kalau begitu kamu mandi,  terus kita siap-siap Menghadiri pemakaman Jungkook"

"Nde, tae"

Di Pemakaman

Semua hadir tak terkecuali keluarga jin dan jungkook. 

Ibunya Jungkook dari Taiwanpun langsung terbang ke Korea menghadiri pemakaman anaknya. 

*Ayahnya jungkook udah ga ada ya.

"ini semua salah ibu yang mengabaikanmu Kook,  andai ibu tidak fokus mengurus perusahaan appamu disana"

Ibunya Jungkook tak henti-hentinya menangis di pemakaman.

Sedangkan jin hanya memeluk ibu Jungkook berusaha menenangkan. 

Taehyung dan Alrapun tak lupa. 

Mereka mencoba tegar dihadapan semua orang.

"Tae, aku ga kuat"

Alra berbisik ke Tae.

Dia mencoba ngerangkul Alra berusaha menenangkan Alra juga. 

"kamu kuat ra, Jungkook juga pasti engga mau liat kamu nangis di pemakamannya"

Alra berusaha menahan air matanya untuk kesian kalinya. 

Seminggu setelah kepergian taehyung

Di Bandara Soekarno-Hatta

Alra dan taehyung menginjakan kakinya di Indonesia.

"Aish aku gugup sekali"

Alra terkekah melihat muka Taehyung yang seperti tomat. 

"sudahlah,  tenang saja tae. Pasti ayah menerimamu ku jamin 100%"

"tapi tetap saja"

Mereka memesan grab menuju kediaman Alra.

"Akhirnya kalian datang" ujar ayah Alra.

"Aduh nak taehyung makin tampan aja. Pantes Alra ga nolak kamu" ujar ibu Alra

alra menyenggol ibunya.

"ibu apan sih.  Genit banget"

"tuhkan belum apa-apa aja udah cemburu gitu"

Alra memasang mukannya kesal lalu masuk kerumah. 

Taehyung hanya menatap alra dan mertuanya dengan senyuman. 

"Ayo tae,  masuk" ujar ayahnya. 

Malam hari

suara sendok dan garpu beradu. 

"Jadi kalian mau melangsungkan pernikahan kapan?"

"Mungkin akhir bulan ini"

Alra tersedak.

"eh? Kamu ga bilang secepat itu ya"

"ya dari pada kamu nanti di embat orang. Mending cepet-cepet aja"

"ya tapikan"

"udah udah, lebih cepat lebih baik daripada kalian cuma pacaran aja.  Mending langsung nikah aja" ujar ibu.

Alra terdiam.

"Nanti ayah calling WO nya deh"

"engga usah yah,  aku udah nyiapin semuanya"

Semuanya mengaga dengan jawaban taehyung.

Sebegitu siapnya ya kamu taehyung.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next

DANGEROUS BOY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang