Tommy memarkirkan mobilnya di depan sebuah gudang liar tak terawat.
Tommy kemudian turun dan keluar dari dalam mobil. Berjalan santai dengan kaos oblong gelap dan celana jeans robek di bagian lutut. Rambut pirangnya tampak bersinar di bawah sinar matahari.
Tommy terus berjalan hingga dua orang di masa lalunya mulai terlihat. Lelaki yang masih muda-Brian-begitu sibuk dengan ponselnya, dan yang lainnya, seorang pria yang usianya hampir berusia 50 tahun lebih-Alex-dengan gilanya tengah melakukan doggy dengan seorang gadis yang Tommy tahu adalah teman kencan Brian.
"Aahh aaahhh sudah pak! Tolong ... Sakit ..."
"Bitch!"
Pria itu begitu kasar menyetubuhinya, dan tak urung membuat Tommy menatap sinis kepadanya. Mengingatkannya tentang Clara yang semalam telah berhasil ia ambil keperawanannya.
Tommy menghampirinya saat pria itu tampaknya telah mencapai klimaks dan menjauhi si gadis yang baru saja ia setubuhi.
"Wow kejutan! Kamu datang ke sini Tom." Alex merapikan pakaiannya dan tertawa melihat kehadiran Tommy di gudang yang menjadi tempat ia sering melakukan hal bejat kepada beberapa gadis tak berdosa.
Brian yang sejak tadi menatap ponselnya kini mengangkat kepalanya, "Bagaimana rasanya menikah di usia muda, hah?"
Brian berjalan menghampiri Tommy, lalu memukul bahunya pelan dan berakhir dengan memeluk tubuh Tommy layaknya seorang sahabat lama.
Tommy mengabaikan pelukan Brian dan menjatuhkan dirinya ke sofa dengan kaki terangkat ke atas meja.
Tommy mengeluarkan selembar cek dari dalam celana jeans-nya, lalu menyerahkannya kepada Alex.Alex melihatnya dan menerimanya dengan kekehan menyebalkan.
"Jangan muncul dihadapan Clara lagi." Tommy memainkan alat pemantik api di tangan kirinya.
Alex tertawa terbahak-bahak dengan keras, "Kenapa, Tom? Dia sangat cantik dan pasti menyenangkan jika ..."
BUG!
Tommy menendang lutut Alex hingga pria itu mengerang dan jatuh berlutut di bawahnya.
"Tidak ada yang boleh menyentuh kekasihku. Tidak satupun kecuali aku." Tommy mendesis sambil mencengkeram leher pria yang telah berumur itu tanpa ampun.
"Tommy! Lepaskan ayahku!" Brian yang hendak maju dan membantu Alex tiba-tiba terhenti saat Tommy menatap tajam kepadanya.
"Aku bisa saja menjebloskanmu ke penjara lagi seperti dulu dengan bantuan keluargaku. Membunuhmu bahkan sangat mudah kulakukan, Alex." Tommy berkata kejam seraya menghidupkan alat pemantik api di tangannya, lalu mengarahkannya tepat di depan wajah Alex.
"Ma-maaf ... argh!!" Alex menelan ludahnya saat api itu mengenai kulit wajahnya.
"Mohon ampun padaku." Perintah Tommy dengan suara menggeram, "Cepat lakukan!"
Alex mencoba menyerang Tommy, namun Tommy lebih gesit dengan menendang perut Alex hingga pria itu lemas, "Lakukan!"
"Amm ... ampun!" Alex memohon ampun kepada Tommy. Wajahnya yang pucat menunjukkan hal itu.
Tommy berdecih sambil menatap jijik pada Alex. Ia melepas cengkramannya lalu mendorong kepala Alex dengan kasar, "Pecundang."
Tommy kemudian bangkit dan saat ia akan meninggalkan gudang, Tommy kembali berkata, "Kalau kalian sampai mendekati Clara lagi, nyawa kalian akan menjadi taruhannya. Ingat itu."
Anggap saja Tommy gila! Psiko! Tapi inilah kenyataannya.
Tommy akan melakukan apapun agar dapat memiliki Clara seutuhnya. Tidak ada yang boleh menyentuhnya!
Tommy telah terobsesi dengan Clara. Gadis yang telah mencuri perhatiannya sejak beberapa tahun yang lalu.
Ya... Termasuk dengan peristiwa satu tahun yang lalu.
Clara tidak mengingatnya dan tidak bisa disangkal lagi, Tommy senang Clara bisa melupakan sedikit masa lalunya itu.
Tommy berjalan keluar dan kembali masuk ke dalam mobil.
Tommy telah menyelesaikan semuanya. Meminta surat pengunduran diri Clara sebagai siswi dengan bantuan ayahnya.
Tommy akan membawa Clara pergi dan kembali ke Inggris. Tempat yang jauh lebih bebas dan tidak terikat aturan seperti di negara ini.***
Senin, 09.30 WIB.
"TOMMY!"
Tok! Tok! Tok!
Clara menggedor pintunya dengan keras seraya memanggil nama Tommy, namun tidak ada yang merespon panggilannya.
"TOMMY! BUKA PINTUNYA!" Clara berteriak hingga akhirnya jatuh lemas ke lantai.
"Hiks ... Tommy ..." Clara menangis dan benci karena sifat cengengnya kembali kambuh.
Entah kenapa Clara merasa ketakutan. Kenapa Tommy menguncinya?
"Tommy ... hiks!"
Di sela rasa takutnya, Clara mendengar suara kunci diputar pada pintu kamarnya.
Klik!
Clara mengusap matanya dan pelan-pelan pintu kamarnya telah terbuka untuknya.
Ceklek!
Clara mengangkat kepalanya dan melihat tubuh jangkung dan besar milik Tommy berdiri di hadapannya.
"Pagi, Baby." Tommy berjongkok di depan Clara dengan senyum tanpa dosa. Membelai lembut pipinya, lalu menghapus jejak tangisan di wajah Clara dengan sapuan ringan.
"Tommy!" Clara memeluk tubuh Tommy dengan tangis yang kembali pecah, "Jangan kunci Clara sendirian lagi! Clara nggak mau dikunci! Hiks!"
Tommy menggendong Clara dan membawanya kembali ke atas tempat tidur."Tommy?" Clara mengangkat wajahnya dari ceruk leher Tommy, lalu ditatapnya wajah lelaki yang kini telah resmi menjadi suaminya itu.
Tommy menidurkan Clara, dan saat Clara ingin duduk, Tommy menahan tubuhnya agar tetap pada posisinya.
"Tommy?" Tanya Clara dengan campuran rasa takut dan bingung.
"Aku ingin menyayangimu lagi, Baby." Tommy melepas kaos oblongnya hingga luka di perutnya kembali terlihat di mata Clara.
"Tommy, jangan ... punya Clara masih sakit ..." Clara menggelengkan kepalanya sambil menekan kuat pangkal pahanya.
"Tidak apa-apa. Nanti kamu juga terbiasa."
"Tapi .... tunggu .... Tommy!" Saat Clara ingin menjerit, tiba-tiba Tommy membekap mulutnya.
"Jangan berteriak. Diam."
×÷×÷ Cerita ini udah ada versi pdf di platform KARYAKARSA ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss Me, Baby! : Let's Married! / Session 1
RomansaWARNING : COMEDY ROMANCE, VULGAR, MATURE (21+), LOVE "Mau kucium atau tidur denganku? Pilih." -Tommy Romero Algasio (18 tahun) *** "Mama! Tommy sudah gila! Tommy mau memperkosa Clara!" -Clara Michelle D'Angelou- (17 tahun) ___ Sebuah game yang dibu...