Satu

6.4K 293 13
                                    

Pintu diketuk sebanyak tiga kali, membuat Irene yang sedang bersantai memakan cemilan dan menonton film di laptop langsung berdiri dari ‘singgasana’nya. Ketika membuka pintu, sebuah pemandangan mengerikan langsung tersuguh di depan mata.

Kekasihnya berdiri dengan wajah sulit diartikan, kedua tangan masuk ke kantong celana dan menatap Irene dengan mata berbinar. Yang membuat gadis itu marah adalah—wajah babak belur, mata bengkak membiru, sudut bibir dan pelipisnya robek dengan darah kering di sana. Rasa-rasanya, Irene ingin menendang lelaki tampan yang berstatus sebagai pacarnya.

“Lagi?” tanya Irene jengah dengan tangan bersedekap.

Kim Taehyung—kekasihnya itu hanya menampilkan senyuman kotak andalannya. Walau setelahnya, ia meringis merasakan sakit yang teramat di bagian bibir.

Serius, pas dipukul nggak ada rasanya. Kenapa sekarang sakit sekali, sih?

“Ngapain kamu ke sini?” tanya Irene.

“Kangen, kak!” jawab Taehyung.

“Ck, nggak! Pulang sana!” usir gadis itu.

Setelahnya gadis itu tidak peduli, dengan angkuh berjalan masuk ke dalam kosnya—meninggalkan Taehyung yang hanya mengerjap polos. Namun demikian, lelaki itu tetap mengekor di belakang kekasihnya setelah menutup pintu kos. Dapat Taehyung lihat Irene berjalan ke arah kamar, lalu keluar membawa kotak obat di tangan kanannya.

“Hadap sini kamu!”

“Iya, jutek banget, sih?”

Pertanyaan itu sukses membuat Irene merotasikan bola matanya malas. “Kenapa lagi kamu? Berantem sama siapa lagi?” tanya gadis itu dengan mata memincing sambil tangannya mengambil kapas dan diberi alkohol.

Taehyung terkekeh, belum mau menjawab. Tubuhnya dimiringkan sang kekasih, menghadap sepenuhnya ke arah Irene hingga tangan itu menyentuhkan kapas ke luka-lukanya. Spontan saja lelaki itu mengernyit dan di detika selanjutkan pekik kesakitan terdengar.

“Ck, pas berantem kamu sok jago. Giliran sekarang diobatin malah teriak-teriak. Malu sama otot nggak seberapamu itu, Tae!”

“Anjing! Kak pelan dong, gi—aduh, yang, sakit!”

“Kasar! Rasain kamu, makanya nggak usah sok-sok berantem!”

“Iya, maaf. Tapi serius pelan kak, pacarmu kesakitkan loh ini. Lembutan dikit, dong.”

Setelahnya hanya hening yang tercipta. Irene sedikit memelankan gerakannya, mengasihani Taehyung yang sepertinya benar-benar kesakitan. Walau dalam hati ia juga menyumpah-serapahi lelaki itu. Selalu, tidak pernah Taehyung dengarkan ucapan Irene untuk tidak berkelahi lagi. Akhir-akhirnya pasti begini, kekasihnya itu bebal sekali.

“Udah, mandi sana, ganti bajumu!”

Taehyung tarik tangan Irene pelan. “Kak, aku tuh kangen loh. Seharian nggak ketemu kamu, rasanya mau mati.”

“Bodo amat, nggak peduli! Kamu mati aku cari pacar lagi.”

“Bae Irene!” tegas Taehyung.

Kalau sudah begitu, Irene hanya bisa berpasrah dan merentangkan tangan. Menyusup ke dalam pelukan Taehyung yang hangat, puncak kepalanya dikecupi dengan sayang. Rasa nyaman menyeruak di dalam dada. Hanya Taehyung yang bisa memberi kenyaman dan perlindungan seperti ini. Tidak ada yang lain.

“Tae,” panggil Irene. “Aku tuh khawatir ya, kamu dateng ke sini dengan keadaan kayak gini! Berantem sama siapa kamu? Dimana?”

Taehyung tersenyum, suara Irene terdengar bergetar antara takut dan khawatir. Lelaki itu melepaskan pelukan mereka, menangkup wajah Irene dan mencium gemas pipi kanan ‘kakak tersayang’nya.

“Nggak usah dipikirin, ya? Udah biasa aku kayak gini, kan? Lagian nggak parah juga.”

“Ya kalo parah nggak usaha ke sini! Pergi aja kamu, nggak peduli aku sama kamu.” tegas Irene dengan tatapan tajam. Merasa kesal juga dengan jawaban santai seorang Kim—Berandal—Taehyung.

Namun, mau dipermasalahkan juga buat apa? Tiga tahun lebih berpacaran membuat Irene tahu apa yang dilakukan oleh kekasihnya. Dan kata ‘berantem’ sudah tersemat dengan baik di otak lelaki itu—baginya menyelesaikan masalah adalah dengan adu kekuatan.

Iya, pacarnya itu terkenal dengan sebutan ‘berandal tengik’ di kampusnya. Suka minum, merokok, berantem, bahkan balapan. Jika ditanya, jawabannya hanya karena setres. Memilih menjauh dari Irene dan merusak diri sendiri, tidak ingin melampiaskan keburukannya pada gadis tercintanya.

“Kim, ngantuk~” ucap Irene dengan mata memberat.

Hening yang tercipta sekian lama membuat gadis itu terserang rasa kantuk yang luar biasa. Apalagi kehadiran Taehyung di sampingnya seperti magnet yang mengajaknya ke kasur.

“Nggak jadi nonton film, hm? Itu cemilanmu sama film udah disiapin gitu. Aku temenin, ya?”

Gelengan tegas jadi jawaban, diiringi suara Irene. “Nggak, mau tidur aja! Ayo peluk, ngantuk, mau tidur.”

“Oke princess.” jawab Taehyung.

Irene merentangkan kedua tangan—gestur minta digendong. Membuat Taehyung terkekeh dan mengangkat tubuh gadisnya ala koala. Keduanya berjalan menuju kamar, Taehyung  menutup rapat daun pintu kamar Irene dengan kaki.

AMANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang