Papa pulang terlambat. Nggak guna aku berdandan maksimal seperti ini. Gaun yang kubeli tadi siang sia-sia. Bahkan make up yang kupelajari di youtube juga sudah mulai luntur oleh air mata. Ya ... air mata. Aku menangis. Aku berdiri di balkon depan kamar melihat lurus ke gerbang demi menunggunya dan memberi kejutan.
Kuhempaskan tubuh ke tempat tidur. Hari sudah mulai malam. Aku melepas seluruh pakaian dan menghapus make up dengan kesal. Apa dia setega itu? Ini sudah jam 10 malam. Tapi tak ada pesan atau kabar darinya? Apa dia tidak mengkhawatirkanku lagi? Panas, hatiku panas, entah kenapa aku ... Marah!
Kuraih baju renang one piece warna biru navy. Mengenakannya dengan percaya diri. Aku bersumpah matanya akan lompat keluar melihatku seperti ini. Tubuh jenjang dengan pinggul penuh serta dada yang terekspose karena belahan v bertali semakin membuatku gemas dengan tampilanku sendiri.
"Kau sudah menarikku ke dalam permainan Pa. Ayo kita lanjutkan!" Aku tersenyum pada pantulan cermin. Kulilit handuk putih di pinggul dan berjalan menuju kolam renang.Aku duduk di pinggir kolam dan menceburkan kakiku perlahan. Pencahayaan sengaja kuredupkan. Aku ingin lebih tenang. Terlihat sudah pukul setengah sebelas malam di layar ponsel yang kubiarkan tergeletak di sisi pahaku yang masih bermain air, tapi papa belum juga ada tanda-tanda masuk gerbang. Apa dia pikir meninggalkanku sendiri di rumah sebesar ini adalah cara yang benar? Bersungut dan tanganku mengepal.
Aku menceburkan diri ke kolam. Mendinginkan seluruh tubuh yang mulai panas karena rasa kesal. Berenang dengan gaya dada hingga ke ujung kolam dan kembali lagi, terus begitu hingga akhirnya aku mendengar suara memanggil namaku.
Aku berdiri di pinggir kolam yang airnya hanya merendam dadaku. Tidak terlalu dalam. Papa berdiri bersandar di dinding dekat kursi dengan melipat tangan.
"Keluar dari sana, Mika! Ini sudah malam."
"Aku gerah, dan mau berenang Pa, apakah sekarang aku juga nggak berhak dan dilarang bersentuhan dengan air di rumah ini?"
"Bukan begitu Mika. Ini sudah malam. Kamu bisa sakit." Papa bicara sambil berjalan ke arahku.
Aku meraih tangga dan keluar kolam. Menyibakan rambut basah yang memercikan air ke segela penjuru. Bahkan mengenai wajah papa. Kini aku berdiri tepat di hadapannya. Matanya menatapku dari ujung rambut sampai kaki. Ini pertama kalinya dia melihatku tanpa berkedip seperti itu.
"Apa peduli Papa? Aku sakit atau mungkin aku matipun bukan masalah Papa 'kan, toh aku bukan anak Papa!" Dia tidak peduli lagi padaku, bahkan dia tidak menanyakan kabarku seharian, lalu sekarang dia takut aku sakit?
"Baju renangmu terlalu terbuka Mika! Kamu bisa demam."
"Aku sudah dewasa Pa, bukan anak kecil yang akan mudah pilek hanya karena berenang malam hari." Aku melenggang ke meja kecil di samping kursi. Meminum coklat panas yang kini sudah dingin. Sebelah mataku memperhatikan ekspresi papa. Dia mematung di sana. Ya aku menikmati wajahnya yang bersemu merah. Aku berbalik menahan tawa. Jangan sampai papa melihatku mentertawakannya.
"Reno sedang di perjalanan pulang." Tiba-tiba sebuah handuk besar menutup pundakku.
Aku menghindar, handuk itu terjatuh. Kukibaskan lagi rambut basah di hadapannya. Reno papa bilang? Apa hubungannya sama Om Reno?
"Aku masih mau berenang. Ayo!" Kutarik tangan papa seketika sekuat tenaga sebelum dia memasang kuda-kuda.Byurr
Kami tercebur. Wajah papa sungguh menggemaskan. Rambut panjangnya juga basah.
"Ini nggak lucu Mika!" ucapnya sambil mengusap wajahnya menghempaskan air dari sana."Papa terlalu serius. Relax Pa, wajah Papa lucu." Kucipratkan air ke arah wajahnya.
"Kalau papa mau marah, coba kejar aku, tangkap aku kalau bisa. Baru aku akan mendengarkan omelan papa!" Dengan sigap aku berenang dengan gaya punggung menjauh dari papa. Aku bertaruh dia tidak akan kuat mengejarku. Siapa juga yang akan kuat berenang dengan pakaian lengkap berjaket basah seperti itu."Baiklah kamu sudah berjanji Mika!"
Terjadilah saling mengejar. Sesekali aku berhenti untuk mengatur napas. Dan memastikan papa masih jauh dan tak bisa menjangkauku. Tapi untuk kali ini aku tidak melihat papa di manapun.
Aku menyisir seluruh kolam. Tapi tak ada tanda tanda papa. Apa dia marah? Lalu dia pergi meninggalkanku begitu saja."Papa ... Papa." Kupanggil papa namun tak ada jawaban. Sampai tiba-tiba ... sebuah tangan besar memeluk pinggangku dari belakang dan dia muncul tiba-tiba mengejutkan dengan tertawa terpingkal-pingkal.
"Kamu tidak bisa lari lagi Mika!" papa mengangkatku tinggi-tinggi dan menggendongku di pundaknya. Dia tidak menghiraukan aku yang meronta. Dia membawaku ke kamar tanpa peduli kami membuat seluruh lantai rumah basah. Aku masih terus meronta minta dilepaskan tapi tangan kekar papa terlalu melingkar kuat. Dia berjalan tanpa bicara. Kami melewati tangga dan menuju kamarku. Papa menghempaskan tubuhku ke ranjang, napasnya terengah. Mata coklatnya tak berkedip menatap membuat jantung ini serasa mau meledak. Dalam diam dia seakan menelanjangiku.
Dia maju selangkah.
"Jangan pernah menggoda singa, Mika!" suaranya terdengar berat. Sorot matanya membuat bulu romaku berdiri. Dia tersenyum miring ke arahku. Apa papa mau menciumku lagi? Jika iya aku menunggunya untuk itu. Tapi bagaimana jika lebih? Aku belum siap.Papa mulai melepas yang melekat pada tubuhnya. Jaket hitamnya sudah jatuh ke lantai. Lalu kaos putihnya, terlihat jelas otot perut yang sombong itu. Aku merasa papa sengaja melakukan pose yang ... Ah ... Entahlah dia terlihat sangat sexy saat melepaskan semua itu. Aku bahkan bisa mendengar degup jantungku sendiri. Aku menelan ludah menatap pemandangan ini.
No, aku belum siap untuk ini! Papa mulai membuka resleting celananya!
"Stooooop! Papa mau apa?"
"Kamu sudah bikin Papa kedinginan, jadi bertanggung jawablah!"
What?!
Maksudnya apaaaa? Bertanggung jawab?
Apakah sebanding membuatnya masuk ke air kolam renang lalu dia membalasku masuk pelukannya dalam satu ranjang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Papa He's Mine!
RomanceMika seorang gadis yang diadopsi seorang pria setelah ibunya meninggal. Hidup dan bahagia bersama. Kemudian di ulang tahun nya yang ke 17 harus mendapatkan kejutan bahwa Papa yang mengasuh dan menyayanginya memiliki sebuah rahasia. Rahasia yang tida...