Stupid Deal

18.6K 448 104
                                    

Tubuhnya kaku saat kupeluk dia dengan hangat. Aku lega ternyata Papa sebegitu peduli padaku meski di depan tampak acuh tak acuh. Air mata ini keluar tanpa kusuruh. Aku sungguh membutuhkannya.

Saat papa keluar aku membayangkan apa yang terjadi dengan Gilang, apakah dia terluka parah? Jujur saja aku merasa bersalah membawa Gilang masuk ke arus masalah ini. Dia nggak tahu apa-apa, tapi harus menanggung semua luka karena aku.

***

Semalam aku tidur cukup nyenyak, hingga bangun pagi-pagi beginipun tubuhku terasa fresh. Aku tak sabar menunggu hari ini. Aku mandi pagi buta begini, menggosok gigi juga mencuci rambut agar terlihat segar saat bertemu papa hari ini.

Aku menguncir rambut setelah dikeringkan. Mengenakan sweater putih hadiah darinya tahun lalu kupilih untuk acara nge-date antimainstream yang bikin jantungku berpacu lebih cepat. Aku benar-benar antusias, Oh Tuhan aku sungguh bahagia hari ini, aku menari lalu sambil melompat menuju kamar papa kemudian mengendap saat membuka kenop pintunya.

 Aku benar-benar antusias, Oh Tuhan aku sungguh bahagia hari ini, aku menari lalu sambil melompat menuju kamar papa kemudian mengendap saat membuka kenop pintunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki itu masih tidur pulas di kasurnya. Aku merambat naik dan ikut tidur di sisinya, menatap wajah damai yang tampak sedang mimpi indah, aku harap ada aku di sana. Degup jantungku terasa meronta saat menyadari aku ingin mencium kening papa, dia sedang tidur 'kan? pasti dia nggak akan sadar dan marah-marah. Perlahan aku kecup dahi itu. Hangat. Dia sedikit bergerak dan mulai mengerjapkan mata. Papa bangun? Terlalu kencangkah kecupanku barusan?

"Ngapain kamu Mika di kamar Papa?" Papa langsung menarik selimut yang semula hampir jatuh ke lantai. Dia menutupi bagian tubuhnya yang hanya ditutupi celana boxer pendek.

"Ayo bangun, Pa. kapan kita menanda tangani kesepakatan kita, aku sudah nggak sabar." Kami masih berebut selimut

"Ini jam berapa? Kamu harus sekolah nanti aja pulang sekolah kita urus itu!" Suara Papa malas dan kembali bersembunyi ke dalam selimut lebarnya.

"Sekarang tanggal merah, Pa, sekolah libur." Aku menarik selimut yang masih enggan dia lepaskan.

"Mika, kamu keluar, Papa nggak mau kamu masuk kamar Papa tanpa!"

"Nggak, aku mau sama Papa, dan aku nggak mau buang sisa waktuku di rumah ini."

"Oke ... oke...!" Akhirnya Papa keluar. Dia memasang wajah cemberut. "Terserah kamu kalau nggak mau keluar, tapi nggak akan ada tanda tangan kesepakatan apapun lagi!" Dia duduk dengan menutup kepalanya dengan selimut. Menatapku dengan serius.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hot Papa He's Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang