Bel pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, aku keluar bersama Mora sambil membahas Miss Alea, dia dukung Miss Alea, ni anak memang rada lola, kurang jelas ya aku nggak suka Papa deket sama Miss Alea? Tak kugubris ocehan Mora yang nggak ada titik koma, sepertinya hari ini semua orang ingin membuatku kesal. Gilang juga kenapa dia nggak masuk sekolah hari ini?.
Akhirnya kami sampai di pintu keluar sekolah, telah berdiri di sisi mobil sedan hitam pria berkemeja biru dongker dengan lengan baju tergulung. Dia tersenyum dari jauh dan melambaikan tangannya.
Om Reno yang menjemputku pulang sekolah, karena papa sedang ada rapat mendadak, selalu Om Reno, dia orang kepercayaan papa, mereka berdua sama, selalu menganggapku masih kecil hingga tak bisa bebas melakukan apa yang kuinginkan ... please deh, aku hampir 17 tahun, Aku ingin mengendarai mobilku sendiri.
Di sepanjang jalan aku hanya melempar pandangan ke luar jendela. Nggak guna juga merajuk padanya, dia hanya menurut pada perintah papa, menyebalkan bukan? Sejak pagi papa sudah membuatku kesal, ditambah sekarang dia mengirim Om Reno yang juga sama menyebalkan.
Ponselku berdering, nama papa terlihat di layarnya, dengan malas kuangkat video call itu.
"Bagaimana sekolah kamu?""Sama seperti kemarin."
"Maaf Papa ada rapat, jadi nggak bisa jemput."
"It's oke, Papa selalu punya Om Reno untuk melakukan keinginan Papa , nggak mau peduli keinginanku?"
"Bukan gitu, Mika ... kamu belum saatnya mengendarai mobil sendiri, bahkan KTP pun kamu belum punya."
Selalu jurus yang sama, belum saatnya!
"Lalu Miss Alea gimana? Apa dia Sudah menerima bingkisannya? Papa harap kamu nggak buang itu ke tong sampah." Dia terdengar menuduhku.
Aku diam sesaat, menatap ke dalam mata coklat terang Papa, berusaha membaca apa yang ada di sana. Oh, please deh, kenapa harus Miss Alea Pa?
"Nggak gimana-gimana, katanya tengkyu very much dan dia titip salam untuk Papa."
Papa hanya tersenyum mendengar penuturanku, pesan Miss Alea aku skip, tanpa diminta Miss Alea bersedia menjadi guru privatku bahkan dia mau menyesuaikan jadwalnya dengan keinginanku jika berminat. Ah aku tak peduli dengan itu, toh UTS itu urusanku, bukan urusan Papa, aku nggak membutuhkannya. Toh aku sudah mempunyai guru privatku sendiri, Regan, dia yang mengajariku banyak hal, juga bagaimana caranya berenang-senang, sayangnya itu hanya bisa dilakukan jika papa mengizinkan."Om, kita nggak usah langsung pulang, kita ke rumah teman aku ya." ucapku semanis mungkin, berharap ome Reno luluh dan menuruti keinginanku.
"Papa kamu bilang, harus sampai rumah sebelum malam, sekarang sudah hampir petang, Mika!" Dia menjawab tanpa menoleh, menyetir di padatnya jalan raya Jakarta saat jam pulang kantor memang membuat siapapun harus waspada, kebanyakan dari pengendara saling menyalip seenaknya, terlebih pengendara motor yang mau menang sendiri, terlalu menguras emosi,
lebih baik aku memejamkan mata, sepertinya mobil ini akan sampai ke rumah lima puluh tahun kemudian.Saat kubuka mata kami sudah tiba di rumah, hari sudah gelap, Om Reno memintaku turun sebelum dia memarkir mobil ke dalam garasi, aku berjalan ke pintu utama, dan pintu sudah terbuka sebelum aku mengetuknya.
"Kenapa kamu pulang telat?" Aroma musk menguar dari tubuh itu, kuperhatikan sesaat rambutnya masih basah, dia masih menggosoknya dengan handuk kecil putih yang melekat di kepala.
"Aku lelah, Pa, aku mau istirahat."
"Jawab Papa dulu, Mika. Kenapa kamu telat, ini sudah gelap dan kamu baru sampai rumah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Papa He's Mine!
RomanceMika seorang gadis yang diadopsi seorang pria setelah ibunya meninggal. Hidup dan bahagia bersama. Kemudian di ulang tahun nya yang ke 17 harus mendapatkan kejutan bahwa Papa yang mengasuh dan menyayanginya memiliki sebuah rahasia. Rahasia yang tida...