Sorry

14.3K 358 6
                                        

Semalam aku hanya sibuk balik kanan balik kiri. Berusaha memejamkan mata tapi nggak bisa. Pikiranku hanya lari lari membayangkan hal yang tidak-tidak. Aku terlelap saat pikiranku lelah. Hingga terbangun tepat jam enam pagi. Kurenggangkan otot karena terasa kaku. Lalu segera aku mandi dan bersiap.

Semua barang sudah siap dalam tas. Aku mengendap menuruni anak tangga. Jam segini pasti Papa belum bangun. Aku harus keluar rumah ini sebelum dia mengetahuinya.

"Mika ... sudah mau berangkat?" Suara Papa mengejutkanku.

Astaga! Dia berdiri di dapur hanya dengan handuk yang dililit di pinggul. Rambutnya juga masih basah. "Apa ini nggak terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah, Mika?"

 "Apa ini nggak terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah, Mika?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jantungku tidak bisa santai lihat papa bertelanjang dada. Padahal sebenarnya ini bukan pemandangan wow. Itu sudah sering kulihat dari dulu. Tapi kenapa deg-deg nya baru sekarang?

Dia masih berdiri sambil mengunyah kue tart di piring. Dia seperti tidak benar-benar ingin tahu aku mau pergi ke mana. wajahnya datar seakan tidak peduli apa yang akan kulakukan. Sebenarnya aku kesal dengan sikap papa ini tapi biar saja. Kita lihat nanti!

***
Aku memarkir mobil di depan rumah Gilang. Cuma dia yang mau diajak bolos sekolah. Mora dia nggak akan mau kalau kuajak bolos.

"Ngapain lo ke sini. Ini masih pagi." Gilang masih membersihkan matanya saat menghampiriku. Mungkin kelakson mobilku cukup berisik dan membangunkan dia dari mimpi indahnya.

"Kita jalan-jalan Yuk, suntuk nih di rumah."

"Ya kalau suntuk di rumah kan bisa ke sekolah. Di sana lu bisa cuci mata tuh liat si Jojo buka baju abis main basket!"

Ya ampun, pemandangan si ketua tim basket tanpa baju itu belum apa-apanya dari pemandangan yang kulihat semalam dan pagi ini yang sudah membuatku sulit bernapas rasanya. Ya walaupun si Jojo nggak memeliki kekurangan bahkan nyaris sempurna seperti yang sering Mora bilang, tetap saja Jojo bukan tipeku. Meskipun dia terlihat keren, kulit yang mulus banget itu di tambah rambut di cat coklat terang membuat dia tampak seperti Idol korea. Bisa kalah cantik aku kalau berjalan berdua dengannya. Ya, dia pernah menyatakan perasaannya beberapa bulan yang lalu. Tapi aku menolak. Aneh, sudah sebisa mungkin aku berusaha untuk tidak terlihat. Biasanya cowok seperti dia hanya peduli pada popularitas, atau hal-hal yang bisa mendongkrak folowernya di instagram. Ya semacam berpacaran dengan Michelle misalnya, si ketua pemandu sorak merangkap selebgram yang eksis parah. Aku tak bisa bayangkan akan ada banyak banget anak-anak yang akan menempel padaku jika kami sampai jadian. Atau mungkin sebaliknya, musuh dadakan akan muncul dari mana saja.

"Mending juga liat lo yang buka baju deh dari pada dia. Biar gue bisa histeris ketawa! Jangankan otot, urat lo aja nggak keliatan."

"Eee belum tahu dia. Gue udah mulai nge-gym nih lo liat sendiri." Gilang bersiap melepas bajunya. Sedikit otot perut yang masih bayi itu mengintip barusan.

Hot Papa He's Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang