Jimin merenung.
Bahkan dalam tidurnya. Apa yang terjadi antara dirinya dan Yoongi di atap gedung tadi, benar-benar membuat Jimin merasa terkejut. Ia tak menyangka, Yoongi yang mabuk ternyata semerepotkan itu.
*****"Hyung!" Mata bundar itu membulat lebar, pipinya memerah. Dengan refleks ia mendorong bahu Yoongi. Membuat Yoongi terhuyung ke belakang.
Ia berdiri dari duduknya, menunjuk Yoongi dengan kaleng bir yang ada di tangannya. Lalu Jimin mendengus tak percaya. "Hyung, apa yang kaulakukan, eoh? Apa kau sadar kau sudah mencuri dariku? Mau memanfaatkan keadaanmu sekarang? Iya? Apa kau akan menghindar dengan mengatakan bahwa kau mabuk?"
Jimin menyisir surainya ke belakang, ia tertawa kosong dengan kepala yang terdongak ke atas. "Uwah~ igeo, jinjja daebak-inka?" Ia menatap Yoongi tak percaya. "Kau selalu melakukannya seperti aku adalah makhluk paling menjijikan. Kau selalu membuangku seolah aku tidak layak menjadi seorang teman, dan... di sini, kau justru menciumku bahkan tanpa izin dariku? Hyung! Apa kau sudah gila?"
Jimin benar-benar sibuk sendiri. Sedangkan Yoongi hanya menatapi dirinya berjalan mondar-mandir, sembari sesekali menggosok hidungnya. Mulai merasa kedinginan karena angin malam.
Jimin berdecak. "Hyung, dengar! Aku akan melupakan ketidaksopanan yang kaulakukan malam ini. Tapi sebagai gantinya, kau harus berhenti bersikap kasar padaku. Mengerti, Hyung?" tanya Jimin pada Yoongi yang tengah memperhatikan kursi kayu yang ia duduki. "Sial!" rutuk Jimin lelah.
Jimin bodoh! Bagaimana bisa dia mengharapkan Yoongi akan mendengarkan dirinya. Anak itu jelas sedang mabuk. Dia bahkan hanya diam dengan wajah yang terlihat kosong.
"Sudahlah, aku lelah Hyung. Pergi dan turun sendiri. Kau mengerti?" Jimin berkacak pinggang lalu melemparkan kaleng bir di tangannya. Berjalan menjauh dan berniat untuk kembali memasuki kamarnya.
Tanpa tahu Yoongi tengah menatap kosong langit malam, dengan pandangan yang tak bisa dijelaskan.
*****Jimin mendesah kasar, kenapa kejadian di atap tadi masih membuat dadanya sesak?
Sesak seperti apa yang dia rasakan sekarang?
Jimin benci perasaan ini. Apa dia harus pergi ke dapur untuk meminum sebotol air?
"Ugh!" Jimin mengernyit bingung, seluruh tubuhnya terasa tidak bisa ia gerakkan.
Tunggu! Apa ini sleep paralysis? A-apa Jimin diganggu setan karena berada di luar rumah semalam tadi?
Ia mencoba untuk menggoyangkan badannya, berharap ia bisa membuka mata untuk melihat apa yang terjadi.
Dan Jimin kembali mengerutkan dahi. Dengan pandangan terkejut ia berusaha untuk mengenyahkan Yoongi dari atas tubuhnya.
"Hyung! Hei! Bangun! Apa yang kaulakukan? Kenapa kau menaiki ranjangku, Hyung? Kau salah kamar." Ia berusaha untuk mendorong Yoongi dari atas tubuhnya. Jimin tak menyangka tubuh kecil Yoongi ternyata tetap terasa berat.
Dan saat Jimin berhasil mendorong kedua pundak Yoongi. Mata kecil yang masih terpejam itu, justru tersenyum lebar. Senyuman gummy yang membuat semua orang merasa bahagia.
Jimin memekik tertahan dengan seluruh tubuh yang terasa menegang saat Yoongi mengungkung dirinya dengan kedua lengan.
"Sebentar." Hanya itu yang Jimin dengar dari suara berat Yoongi. Karena setelahnya, Jimin harus menahan napasnya hingga terasa benar-benar sesak.
Yoongi memeluk bahunya dan tertidur di ceruk leher Jimin. Membuat Jimin harus merasakan geli karena napas Yoongi menggelitik kulit sensitifnya.
Jimin memendarkan matanya dengan bibir yang mengerucut lucu. "A-aku," mulainya, "aku belum legal, Hyung." Bisik Jimin malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL, JIMINIE (END)
FanfictionA Yoonmin FanFiction "Aku bukan manusia sempurna. Rendah diri menjadi ciriku, tapi kau yang selalu membanggakanku. Mengatakan pada dunia dengan lantang. Bahwa aku.. ..adalah pria tercantik yang akan selalu menghiasi hidupmu. Mengatakan padaku, bah...