16. Abs Sorry

2.9K 297 77
                                    

"Kita akan mempertahankan konsepnya." Pria bertubuh tambun itu menggaruk pelipisnya, menatap satu persatu anak-anaknya, kemudian menjalin jemarinya di atas meja rapat. "Oleh karena itu, aku ingin Jimin, Jungkook, dan Hoseok memiliki jadwal latihan tambahan untuk dance mereka. Terutama kau Hoseok." Ia menunjuk lelaki bersurai kecokelatan itu. "Kita akan membuat dance break di dalamnya, dan aku ingin kau mengajari Jungkook dan Jimin beberapa gerakannya. Kalian harus menguasainya dengan baik."

Mereka mengangguk paham mendengarnya.

"Oh, aku hampir lupa. Kita juga harus memiliki beberapa jam tambahan untuk latihan pembentukan otot tubuh, Jimin akan membutuhkannya. Aku ingin otot tubuhnya tetap terbentuk dengan baik. Fans menyukainya." Ia tersenyum pada Jimin yang membalasnya kaku. "Aku mendapatkan laporan tentang sentimen publik terhadap penampilan Jimin, mari gunakan hal itu sebagai bentuk promosi untuk sekarang."

***

Lelaki itu mengerutkan dahinya saat ia masih mendengar kegaduhan di seberang studio musiknya, menanggalkan headphone yang tergantung di lehernya, lalu berjalan keluar dari rumah keduanya.

Mengintip di sela pintu ruangan yang sedikit terbuka, lalu menghela napasnya pelan.

Lelaki berambut hitam legam itu tidak mengatakan apa pun. Ia hanya memperhatikannya dalam diam. Menyandarkan pelipisnya pada pintu, dengan tangan kanannya yang memegang daun pintu-- menjaga agar pintu itu tak bergerak.

Jimin masih ada di sana. Sendirian di dalam studio tari mereka, memutar musik yang sama, lagi dan lagi. Mengulang setiap gerakan, saat ia merasa bahwa dirinya belum sempurna melakukannya.

Sampai akhirnya lelaki itu berteriak dan jatuh terduduk. Napasnya bergerak cepat, naik-turun, seluruh tubuhnya dibasahi oleh keringat.

Yoongi memilih untuk berjalan masuk. Meraih botol minum yang ada di atas lemari kecil tempat menyimpan barang mereka, lalu menggoyangkan air dingin itu di sisi wajah Jimin.

Membuat lelaki yang tersengat dinginnya, segera mendongak kaget. "Hyung?"

"Eoh, Jimin-ah." Ia tersenyum kecil, kembali menggoyangkan botol air mineral di tangannya, meminta Jimin untuk mengambilnya. "Apa yang sedang kaulakukan di sini, Jim? Sudah pukul satu malam, yang lainnya bahkan sudah pulang satu jam yang lalu."

Ia terkekeh pelan saat melihat Jimin begitu rakus meminum airnya. "Aigoo, yak. Kau terlihat seperti orang yang tinggal di padang pasir jika terus melakukannya."

Namun, lelaki yang lebih muda hanya mendesah lega. Mengangkat botolnya yang hampir kosong ke arah Yoongi. Ia mendongak seraya berkata, "Aku bahkan bisa meminum satu galon penuh, ini jauh dari kata cukup." Ia menghela napasnya, tertunduk dalam. "Rasanya lelah sekali."

"Pulanglah, Jimin. Kau harus beristirahat."

Ia menggelengkan kepalanya. Menatap Yoongi tajam. "Aku masih harus latihan menari, Hyung. Kekuranganku masih banyak."

Membuat lelaki yang masih berdiri kaku itu mengerjap pelan. Mata bundar Jimin menghangatkan hatinya, mengirimkan semangat baru hingga membuat tulang di tubuhnya merinding.

Min Yoongi, found his passion out.

Simply, by looking at Jimin's eyes.

Ia tersenyum lembut. Merundukkan tubuhnya, mencium dahi penuh peluh itu lamat. Tak peduli keringat Jimin akan memasuki mulutnya.

"Hubungi Hyung saat kau sudah selesai. Aku tidak akan mengunci pintu studioku. Kita pulang bersama," ujarnya.

Membuat pipi lelaki yang lebih muda bersemu merah. Entah karena studio tari yang terasa panas, atau karena lelahnya setelah menggerakkan tubuh tanpa henti seharian.

BEAUTIFUL, JIMINIE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang