Kegugupan kini semakin terlihat jelas di wajahnya. Jimin mendongak saat Yoongi meraih tangannya.
Menganggukkan kepalanya, Jimin meremat jemari Yoongi sekuat yang ia bisa. Berharap hal itu akan membuat dirinya merasa lebih tenang.
"Semuanya akan baik-baik saja." Namjoon mengusap punggungnya lalu menepuk bahu Yoongi pelan. "Aku berada di pihak kalian. Aku akan membantu kalian untuk menjelaskan semuanya pada Bang PD-nim. Jadi, tenanglah. Hum? Kita akan menyelesaikan semuanya bersama-sama."
Jimin tersenyum menahan air mata di pelupuknya. Jimin sama sekali tidak pernah menduga ia akan berada di saat seperti ini. Perasaannya bercampur aduk. Ia bahagia, terharu, sedih, takut, dan cemas. Tetapi melihat Yoongi dan Namjoon begitu peduli pada dirinya, Jimin tahu ia harus memberanikan dirinya.
Maka saat pintu ruangan itu terbuka, meskipun Jimin dapat merasakan degupan keras yang menyesakkan dadanya, ia tetap melangkahkan kakinya untuk menghampiri Tuan Bang.
Pria bertubuh tambun itu mengangkat matanya dari tumpukan berkas di hadapannya, menganggukkan kepalanya kemudian menautkan jemarinya di atas meja. Meminta ketiganya untuk duduk di hadapannya.
"Jadi, apa yang ingin kalian bicarakan denganku sekarang? Aku sedikit kebingungan saat Namjoon meminta waktuku untuk kalian."
Jika ia harus jujur, Jimin sama sekali tidak berani untuk menegakkan wajahnya, namun Jimin juga lebih takut untuk menundukkan wajahnya dan membayangkan bagaimana Tuan Bang menatap dirinya.
Leher dan telinganya bergerak kaku setiap kali namanya disebut dalam pembicaraan Yoongi, Namjoon, dan juga Tuan Bang.
Seandainya bisa, Jimin pasti sudah membantu Yoongi untuk berbicara, tetapi Jimin sama sekali tidak tahu harus mengatakan apa. Maka ia hanya bisa mendengarkan dan berharap bahwa Tuan Bang tidak akan memberikan mereka "hukuman" yang berat.
"Apa kalian benar-benar mengerti dengan apa yang baru saja kalian katakan?" Pria itu menatap ketiganya tegas, menekan pulpen di tangannya ke atas meja beberapa kali untuk menunjukkan beratnya permasalahan yang tengah mereka bicarakan. "Apa kalian tahu berapa besar risiko yang harus kalian tanggung karena keputusan yang kalian berikan padaku hari ini?"
Namjoon menganggukkan kepalanya. "Kami juga sudah membicarakan semuanya kepada para anggota. Mereka mengetahui hal ini, dan kami tidak mempermasalahkan apa pun."
"Bukankah tidak ada jaminan hubungan ini akan tetap berjalan baik? Meskipun aku peduli dan menyayangi kalian, aku tidak bisa menanggung kerugian hanya karena urusan pribadi. Bisnis adalah bisnis. Jika semua ini berakhir buruk, bagaimana kalian akan bertanggung jawab pada semua kepercayaan yang sudah aku berikan pada kalian?"
"Apa pun yang terjadi, bagaimanapun kisah kami akan berakhir. Aku bisa menjamin satu hal, PD-nim." Yoongi memulai. "Bangtan akan tetap menjadi Bangtan. Tidak ada satu pun orang yang akan meninggalkan Bangtan tak peduli apa pun yang akan terjadi, kecuali kami semua menghendaki hal itu," katanya yakin. "Meskipun hubunganku dan Jimin suatu saat nanti akan berakhir, aku dan Jimin akan tetap menjadi Bangtan ketika itu semua terjadi. Bahkan ketika kami bertengkar dan tak lagi memiliki pandangan yang sama dalam kisah cinta kami, perasaan pribadi kami sama sekali tidak akan mempengaruhi pekerjaan kami. Dan jika salah satu dari kami melakukannya, kami akan saling mengingatkan, bahwa tujuan utama kami … adalah mewujudkan mimpi-mimpi kami."
Tuan Bang mengembuskan napasnya lelah. "Kalian tahu, bukan, hal-hal seperti ini akan sampai kepada para wartawan dengan secepat kilat. Mereka akan berusaha tak peduli bagaimanapun caranya, untuk dapat menyebarkan berita ini ketika mereka mengetahuinya."
"Dan kau boleh melakukan apa pun untuk mencegah hal itu terjadi. Aku dan Jimin akan bersedia untuk mengikutinya."
"Sekalipun aku harus memisahkan kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL, JIMINIE (END)
FanfictionA Yoonmin FanFiction "Aku bukan manusia sempurna. Rendah diri menjadi ciriku, tapi kau yang selalu membanggakanku. Mengatakan pada dunia dengan lantang. Bahwa aku.. ..adalah pria tercantik yang akan selalu menghiasi hidupmu. Mengatakan padaku, bah...