Masih ada yang bacakah? :")))))))))))
Jimin sama sekali tidak memiliki energi untuk tersenyum hari ini. Kejadian semalam membuat dirinya merasa sedih.
Tidak, bukan karena Jimin tidak bisa menerima masa lalu Yoongi, tetapi karena Yoongi yang tidak pernah mengatakan apa pun pada dirinya. Tentu saja Jimin tahu bahwa semua hal di dunia ini memiliki ceritanya masing-masing, jadi Jimin akan siap menerima segala sesuatunya. Dan ia akan menghargai jika memang ada kisah di antara Yoongi dan Hoseok yang sebelumnya tidak ia ketahui, tetapi sayangnya, Min Yoongi seolah tak acuh pada hal sederhana yang krusial itu.
Min Yoongi tidak pernah mengatakan apa pun.
"Jimin akan membunuh dirinya sendiri kalau seperti ini terus," Taehyung mendengus seraya kembali memakai topinya. Menatap sang Sahabat yang tidak berhenti menggerakkan tubuhnya gila-gilaan di depan cermin ruang latihan. Mengulang gerakan-gerakan yang sebenarnya sudah sempurna ia gambarkan, tetapi egoisnya, Park Jimin selalu saja merendahkan dirinya sendiri dengan mengatakan dirinya masih buruk.
Anggota yang lain benar-benar khawatir melihatnya, tetapi tidak ada satu pun orang yang tidak tahu, bahwa Park Jimin yang bertekad, sama dengan orang tuli. Dia hanya akan berfokus pada apa yang dirinya rasa kurang.
Mereka hanya tidak tahu, kali ini bukan itu alasan Jimin berlatih gerakan mati-matian.
Ia hanya tidak ingin over thinking atas kejadian yang baru saja ia lihat tadi malam. Jadi ia harus mencari cara untuk mengalihkan pikirannya, dan tidak ada yang bisa ia pikirkan selain menari seperti orang gila.
"Jimin, kau benar-benar tidak ingin makan siang?" Namjoon mengerutkan dahinya khawatir.
Jimin yang masih menari menggelengkan kepalanya. "Tidak, Hyung. Aku tidak lapar."
Yoongi yang tengah duduk mendesah pelan, menutup botol air mineral di tangannya. "Kalau--"
"Aku akan tinggal." Hoseok memotong ucapannya, membuat Yoongi kembali mengatupkan bibirnya. Lelaki Jung itu tersenyum ramah. "Kupikir aku juga tidak terlalu lapar. Lebih baik aku kembali latihan bersama Jimin."
*****
Setelah menghabiskan 30 menit bersama, kedua pemuda itu kini berbaring bak dua ekor bintang laut di atas lantai. Hanya suara embusan napas yang keras yang terdengar dari keduanya. Sama sekali tidak mampu untuk membangun sebuah percakapan.
Hingga akhirnya, Hoseok yang sudah kembali dapat mengumpulkan napasnya berdiri dan mengambil dua botol air mineral dingin. Meminum satunya, dan memberikan yang lainnya pada Jimin. Membuat lelaki Park menempelkannya bergantian pada leher dan dahinya.
Hoseok terkekeh. Duduk bersandar pada cermin besar di belakangnya, membuat Jimin memilih untuk mengikutinya.
Hoseok menarik napasnya dalam lalu tersenyum tipis, menatap Jimin yang tengah mendongak dengan mata tertutup. "Maaf."
"Hum?" Jimin membuka matanya terkejut dan menoleh menatap Hoseok.
"Kau pasti melihat apa yang kulakukan tadi malam. Maaf, sudah mengejutkanmu."
Jimin meneguk salivanya, tidak tahu bagaimana cara merespons ucapan Hoseok pada dirinya.
"Aku harap kau tidak akan berpikir buruk tentang itu." Ia tersenyum tulus. "Kau … tidak berpikir buruk tentang hubungan romantis di antara dua orang pria, 'kan?"
"Hum?" Jimin menegang kaku, mengepalkan tangannya kuat. "Kau … dan Yoongi Hyung …."
"Oh, tidak, tidak." Hoseok tertawa geli. "Tentu saja tidak. Aku … tidak bisa melakukannya, 'kan?" Kekeh Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL, JIMINIE (END)
Hayran KurguA Yoonmin FanFiction "Aku bukan manusia sempurna. Rendah diri menjadi ciriku, tapi kau yang selalu membanggakanku. Mengatakan pada dunia dengan lantang. Bahwa aku.. ..adalah pria tercantik yang akan selalu menghiasi hidupmu. Mengatakan padaku, bah...