Miss me? (: cause I miss you guys a lot :")
Suasana malam begitu dingin menusuk hingga ke tulang, Jimin akui bahwa ia menyesal telah setuju untuk menunggu Yoongi selesai bekerja dan pulang ke dorm bersama-sama. Padahal Yoongi sudah mengingatkan.
"Jimin, sudah pukul 11 malam. Kau bisa pulang lebih dulu. Latihan dariku untuk hari ini sudah cukup. Kita bisa bertemu lusa nanti."
Jimin mengangguk paham, ia membereskan notes dan juga sisa makan malam mereka. Lalu ia berdiri dan bersiap untuk keluar, "Ayo pulang bersama, Hyung." Ajak Jimin.
Yoongi hanya mengangguk lalu kembali memutar tubuhnya ke arah komputer. "Kau bisa pulang lebih dulu, aku masih punya banyak pekerjaan."
Binar di mata Jimin perlahan meredup, ia merasa tidak menyukai ide untuk pulang secara terpisah dengan Yoongi. Oleh karena itu, dia kembali duduk di atas kursi dan menghela napas pelan, "Kalau begitu aku akan menunggumu selesai bekerja, Hyung. Kita bisa pulang sama-sama nanti." Jimin tersenyum yakin.
Membuat lelaki yang lebih tua menghela napas dan mengendikkan bahunya. "Terserah."
Harus Jimin akui, menunggu Yoongi selesai dengan pekerjaannya memang sangat membosankan. Dia lebih suka berdiam diri di dalam keheningan dan fokus mengutak-atik musiknya sendiri.
Padahal Jimin sudah berkali-kali memberikan kode supaya Yoongi menoleh untuk setidaknya bertanya apakah Jimin mengantuk atau tidak.
Tapi penyesalan Park Jimin segera berakhir ketika Yoongi membuka percakapan diantara mereka lebih dulu, "Malam ini terasa lebih dingin daripada malam-malam sebelumnya."
Jimin yang sedaritadi tengah sibuk menghangatkan tangannya, menoleh ke arah Yoongi kemudian. "Ung?" gumamnya tak percaya, namun Yoongi menganggapnya sebagai sebuah jawaban.
"Seharusnya kau membawa jaket, Jimin. Karena aku tidak mungkin meminjamkan jaket yang tengah aku pakai padamu." Yoongi berujar.
Jimin sedikit mendengus, ia membuka mulutnya dan meniupkan udara hangat dari mulutnya, membuat uap mulai keluar dari mulutnya. Yoongi terkekeh kecil lalu mengusak kepala Jimin gemas, membuat Jimin menolehkan kepalanya dengan mata yang membulat lebar.
"Hidung dan bibirmu memerah, Jimin. Kau lucu sekali!" seru Yoongi sembari terkekeh lalu menatap kembali ke arah depan. Berjalan cukup lama dengan senyuman lebar yang menunjukkan gusi merahnya.
Pandangan Jimin menghangat, kepalanya tak ingin menatap ke arah lain. Tak peduli jika ia harus tersandung saat berjalan. Bagi Jimin, pemandangan disampingnya jauh lebih menarik.
Senyuman matanya mulai melengkungkan bulan sabit kala Jimin menyadari bahwa senyuman Yoongi memang seindah itu.
Jimin merasa beruntung. Untuk pertama kalinya dalam hidup Jimin, ia sangat menyukai bagaimana seseorang tersenyum. Untuk pertama kali dalam hidup Jimin, ia merasa sangat bersyukur sudah membiarkan tubuhnya kedinginan saat berjalan di luar rumah dini hari.
It's worth it.
Yoongi menoleh ke arah Jimin yang masih memandangi dirinya dengan senyuman yang begitu manis. Untuk sejenak, membuat Yoongi merasa enggan untuk memalingkan wajahnya. "Apa?" ujarnya dingin.
Jimin mengerjap cepat, ia menggelengkan kepalanya sembari kembali menatap ke arah jalanan. "Tidak ada, Hyung." gumamnya setengah berbisik.
'Apa aku sedang menyukaimu, Hyung?'
*****Yoongi memasukkan pin untuk dorm mereka lalu masuk ke dalam tanpa memperhatikan Jimin yang harus sedikit bergulat dengan pintu, karena Yoongi dengan seenaknya melepaskan pintu saat Jimin ingin ikut masuk ke dalam dorm.

KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL, JIMINIE (END)
FanfictionA Yoonmin FanFiction "Aku bukan manusia sempurna. Rendah diri menjadi ciriku, tapi kau yang selalu membanggakanku. Mengatakan pada dunia dengan lantang. Bahwa aku.. ..adalah pria tercantik yang akan selalu menghiasi hidupmu. Mengatakan padaku, bah...