Hoseok yang memilih untuk berjalan bersama Jimin, terus menerus terkekeh kecil begitu ia menoleh melihat Jimin. Bibir berisi itu tertekuk, dan wajahnya tertunduk dalam.
Mereka memang berjalan paling belakang, mengingat Jimin harus mengganti celananya lebih dulu. Membuat member lain harus berjalan lebih dulu, karena manajer mereka mulai menaikkan sedikit nada bicaranya.
Jimin membuang napas kasar. "Lihat saja nanti." Hoseok menoleh saat ia mendengar gumaman kecil dari bibir Jimin. "Dia pasti memarahiku lagi." Jimin mencebik kesal.
"Kenapa?" Hoseok bertanya sembari terkekeh kecil.
"Karena aku harus mengganti celanaku, jadi manajer kita kesal karena terburu waktu, dan monster Hyung itu akan kembali mengomel karena kesal padaku. Aku sudah membuang beberapa menitnya yang berharga." Keluh Jimin, membuat Hoseok tertawa kecil dan menepuk pundaknya. Tanda ia ikut prihatin.
"Tapi kau tahu, Jimin? Suga yang seperti itu adalah Suga yang tengah khawatir." Jimin menoleh bingung, kedua alisnya bertaut lucu. Hoseok mengendikkan bahunya. "Aku tidak mengerti apa yang membuatmu terlihat begitu spesial untuk Yoongi Hyung," gumam Hoseok seraya tersenyum tulus, "tapi dulu dia juga memperlakukanku seistimewa itu."
Aneh. Tapi Jimin tidak menyukai ide itu. Ia tidak suka mendengar bahwa Hoseok dulu diperlakukan istimewa, sama seperti dirinya.
"Oh?" Jimin mulai mengangkat kedua alisnya dengan bibir yang sedikit terbuka. "D-dulu?"
Hoseok mengangguk. "Dia memang tidak pernah banyak bicara saat dia tidak ingin, tapi tidak berarti hati dan telinganya tidak bekerja." Ia terkekeh. "Saat libur dulu, pernah sekali aku memutuskan untuk tinggal di asrama. Dan kami saling bertukar pesan, lalu tanpa sengaja aku mengatakan bahwa diriku kesepian."
Hoseok tertawa kecil selagi mendongak, mengingat betapa manis saat-saat dulu mereka baru mengenal satu sama lain.
"Lalu dia kembali dari Daegu dengan dua kotak paha ayam goreng, untuk kami nikmati berdua." Ia terkekeh sembari menutup mulutnya. "Aku tidak tahu ternyata dia semanis itu. Padahal penampilan luarnya sangar sekali. Iya kan Jimin?" Ia menoleh pada Jimin yang hanya tersenyum canggung.
"Lama tinggal bersama dengan dirinya membuatku mengerti beberapa sifat dan kebiasaannya. Dan aku tahu dengan pasti, kalau Yoongi Hyung dan drama 'hah'nya adalah dia yang sedang merasa khawatir." Ia tersenyum lebar. Menatap Jimin dengan pandangan yang tak bisa diartikan.
Menepuk pundak itu pelan lalu merangkulnya agar mereka dapat berjalan bersama lebih dekat. Berbisik tepat pada telinga Jimin. "Consider yourself lucky, Jimin."
Lalu ia melepaskan pelukannya pada Jimin dan berjalan riang, menghampiri Yoongi yang berjalan di samping manajer mereka. Memeluk pinggangnya, hanya untuk Yoongi tolak. Membuat Hoseok tertawa karena gemas.
*****Jimin hanya bisa duduk diam, memainkan botol air mineral yang ada di depannya.
Perkataan Hoseok membuat dirinya merasa bingung, kenapa dia mengatakannya?
Apa maksudnya dulu?
Kenapa--
"Oke." Jimin mengangkat kepalanya terkejut, saat suara itu memasuki telinganya. "Hari ini kita akan mengumumkan bagaimana grup ini akan berjalan, siapa saja yang akan tergabung, dan apa yang harus dipersiapkan oleh kalian yang terpilih untuk masuk ke dalam trainee dalam bentuk grup kali ini."
Dada Jimin seketika bergemuruh. Gugupnya karena Yoongi dan cerita Hoseok, seketika menguap hilang. Air matanya mencekam, mengancam untuk turun. Tubuhnya bergetar, dan buku jarinya terasa dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL, JIMINIE (END)
FanfictionA Yoonmin FanFiction "Aku bukan manusia sempurna. Rendah diri menjadi ciriku, tapi kau yang selalu membanggakanku. Mengatakan pada dunia dengan lantang. Bahwa aku.. ..adalah pria tercantik yang akan selalu menghiasi hidupmu. Mengatakan padaku, bah...