-SURAT PERJANJIAN-
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama: Fara Arinda
[Sebagai pihak pertama yang mengusulkan perjanjian]
Nama: Fira Amanda
[Sebagai pihak kedua yang menyetujui adanya perjanjian]
Dengan sesadar-sadarnya menyatakan bahwa mereka (kedua belah pihak) telah menyepakati sebuah perjanjian untuk: bersaing secara sportif menaklukkan hati Faiz Athensa.
Ada pun peraturan dalam persaingannya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pendekatan pada Faiz sesuai jadwal yang akan disepakati nantinya.
[Mendekati Faiz secara sengaja di jadwal pendekatan pihak lainnya, termasuk pelanggaran]
2. Melaporkan kegiatan pendekatan dengan mengetiknya di Ms. Word. Format layaknya makalah, font times new roman dengan spasi satu koma lima.
[Menyembunyikan fakta ataupun tidak menulis laporan sesuai kenyataan termasuk pelanggaran]
3. Tidak menyerah terhadap perasaan, sebelum Faiz mengakui salah satu dari kedua pihak sebagai orang yang disukainya.
4. Seluruh kegiatan yang terjalin dalam perjanjian dilakukan sejujur-jujurnya, sportif, dan tidak ada acara tikung-menikung.
Kedua belah pihak harus mematuhi aturan sesuai pasal-pasal di atas. Sanksi akan diberikan pada siapa pun yang melanggar peraturan tersebut.
Selanjutnya, sanksi yang diberikan akan lebih lanjut dibicarakan saat hal itu terjadi.
Tertanda,
***
Fira menatap Fara datar. Ternyata, Fara bisa sangat kurang kerjaan begini.
Siapa lagi, sih, yang bisa membuat perjanjian layaknya nota utang piutang untuk urusan tidak penting seperti--masalah perasaan?
Fara menyerahkan kertas berisi surat perjanjian itu, "Jadwal PDKT-nya gimana? Kalau bisa sih, jadwalku pas enggak ekskul atau OSIS, ya."
Fira diam. Memperhatikan kertas itu. Apa mereka benar-benar lahir dari rahim yang sama? Apa mungkin, saat zigot mereka dibuat, Fira telalu banyak mengambil sisi rasional hingga adik kembarnya itu, tidak memiliki akal sehat sama sekali?
Ya, sepertinya begitu.
Fara menyerahkan pulpen.
"Buat apa?" ucap Fira bingung.
"Tanda tangan, di sini. Nanti tinggal di stempel, deh."
Ya ampun.
Bahkan jika Fira tidak punya kekuatan cenayang, dia tahu, perjanjian ini akan sangat membuatnya repot. Dan dia benci hal itu. Fira mengembalikan kertas beserta pulpennya. "Tidak jadi. Kesepakatan batal."
"Yakin? Enggak mau hadiahnya?"
Hadiah.
Fira kembali diam. Hanya karena itulah ia menyanggupi kesepakatan aneh ini. Namun, apa yang akan ia lakukan sebanding dengan apa yang akan ia dapatkan?
"Kak Fira tahu aku enggak akan mengecewakan dalam masalah begini, kan?"
Akhirnya Fira terbuai juga. Dia kembali mengambil kertas itu. Sebenarnya ragu. Namun, akhirnya tanda tangannya tertulis di bawah nama. Dia menghela napas sedangkan Fara tersenyum senang. Menandatangani bagiannya lalu menekan stempel pada permukaan kertas.
"Sudah! Tinggal di laminating, deh!"
Kurang kerjaan.
Fira tidak tahu mengapa Fara bisa begitu bersemangat dengan hal aneh ini. Atau lebih tepatnya, mengapa dia bisa begitu bersemangat dengan semua hal?
Ah, mungkin, karena Fira mengambil semua sisi rasional, Fara yang mengambil semua energinya untuk hidup. Hingga sekarang, Fira bahkan terlalu malas untuk hidup. Satu-satunya alasan mengapa ia tidak bunuh diri adalah karena itu merepotkan.
"Kamu yakin tentang ini, Fara? Melakukannya sama saja bunuh diri," ucap Fira. Sungguh, di dalam kepalanya banyak pertanyaan, padahal ia sangat malas untuk berpikir.
Mengapa kembarannya ini sangat suka membuatnya masuk ke dalam zona melelahkan, coba?
Fara tersenyum hingga lesung pipi tercetak, sungguh manis. Dia mengangguk berkali-kali.
Fira menatap beberapa detik, lalu mengedikkan bahu. Entahlah. Anggap saja, Fira sedang terbawa perasaan. Karena sekarang ini, perasaannya mengatakan, perjanjian ini tidak akan berjalan mulus.
Masalah perasaan. Tidak enak hati. Harga diri. Rasa takut. Bukan hanya 'tidak berjalan mulus', perjanjian itu membuat hubungan mereka merenggang.
Dan semua sudah terlambat ketika Fira menyadarinya. []
.
.
.
A/n
Halo! Cerita ini kubuat untuk mengikuti #300daychallenge. Jadi, aku harus up cerita ini minimal seminggu sekali. Mohon bantuannya ya, semuanya :))
Oh ya, jadwal update-ku pada hari Minggu. Nantikan kelanjutan ceritanya, ya.
Salam hangat,
Alka_Abiyasa
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love Calls [END]
Teen FictionFira tahu, membuat relasi dengan orang lain hanya akan membuat luka lamanya kembali bangkit, hingga ia menarik diri dari orang lain. Meski begitu, beberapa orang keras kepala berhasil menerobos masuk ke dalam hatinya-menghancurkan pagar pembatas dan...