13. Birthday Gift

516 98 26
                                    

Ren kini berada di rumah keluarga Takada, sedang duduk di hadapan Kakek. Dia bingung harus mulai dari mana. Dia meremat ujung bajunya. Jujur Ren gugup. Seumur hidup dia selalu menuruti kemauan Orang Tua dan Kakeknya. Dia tahu semua itu demi kebaikan keluarga.

Hanya satu kali dia pernah meminta. Dua tahun yang lalu.

Dan sekarang dia akan meminta lagi hal yang dia tahu bakal lebih sulit dikabulkan.

Kakek sambil menyesap grean tea-nya sebenarnya turut memperhatikan gelagat cucu perempuannya itu. Biasanya Ren tidak begini. Dia gadis dengan kepercayaan diri yang tinggi. Pasti ada sesuatu yang membebani pikirannya.

Dia memutuskan untuk bertanya terlebih dahulu. "Kenapa? Ada yang mau kamu minta dari Kakek?"

Ren menggeleng cepat. Kepalanya masih menunduk.

Kakek menyesap tehnya lagi. Lebih baik menunggu Ren siap daripada memaksanya bicara.

Tak berapa lama gadis berambut panjang itu berbicara ragu. "Kakek, dulu bagaimana ceritanya ketika bertemu dengan Nenek?"

Kakek melirik heran. Ini cerita kebanggan yang sering dia ceritakan kepada cucu-cucunya semenjak mereka kecil, sampai mereka selalu mengeluh bosan. Bukan sesuatu yang bakal ditanyakan oleh Ren. Tapi dia memutuskan mengikuti permainan itu.

"Kakek bertemu dengan Nenekmu ketika perang. Saat itu Kakek ikut berperang, ketika tentara Sekutu menyerbu Tokyo. Kakek terluka saat itu, dan Nenekmu menyembunyikan Kakek dari kejaran tentara musuh itu, dan merawat Kakek sampai sembuh."

"Saat itu Kakek sadar kalau mencintai Nenekmu dari pertama kali melihatnya." Katanya mengakhiri penuturannya.

Ren diam lagi.

"Bagaimana dengan Otosan dan Eomma?" Ren memanggil ayahnya dengan panggilan dalam bahasa Jepang.

"Bagaimana dengan mereka?"

"Apakah mereka juga saling mencintai." Ren menatap Kakeknya dengan penuh harap.

Kakek bisa melihat kemana arah percakapan ini. Dia menghela nafas panjang.

"Ayahmu sangat mencintai ibumu."








"Tapi." Dia menambahkan sambil menatap tajam mata Ren. "Dia juga mencintai Ibu Kenta, walau awalnya mereka dijodohkan."








"Dan mereka tetap saling mencintai sampai waktu ajalnya."








Ren membuang mukanya.

Kakek menghela nafas lagi. Butuh kesabaran lebih berbicara kepada generasi yang lebih muda ini.

"Kita sudah sering membicarakan hal ini, Ren. Kamu tahu kenapa harus menjalaninya. Kalau ada cara lain, Kakek tidak akan memintamu melakukan hal ini."

Kakek tahu ini berat bagi cucunya. Tapi mereka tidak punya pilihan lain. Kekuasaan Aron terlalu kuat dan hutang mereka terlalu banyak.

"Mungkin awal kamu akan merasa terpaksa. Tapi lama-lama kamu akan terbiasa. Cinta itu bisa tumbuh kemudian."

Ren masih menunduk, tak bisa menatap Kakeknya.

"Tapi....


... bagaimana kalau aku mencintai orang lain?"

Gerakan tangan Kakek yang hendak mengangkat cangkirnya terhenti. Diletakkannya lagi cangkir itu di meja. Dia berpikir sejenak.

"Kalau?




BEAUTIFUL GANGSTER🔞 [END]  | JRen (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang