14. Departed

488 94 34
                                    

Dahulu Ibu Ren pernah berkata, cepat atau lambat seseorang pasti pergi. Ren tahu itu. Dia pernah mengalaminya. Dia sudah pernah mengalami duka itu sebelumnya, bukan hanya satu, tapi dua kali. Mengalaminya untuk ketiga kalinya seharusnya bisa membuatnya terbiasa kan? Benarkah?

Memori tubuhnya masih bisa mengingat dengan jelas tata cara upacara penghormatan kepada orang yang meninggal dunia. Entah bagaimana dia tidak tahu, meskipun terakhir kali dia melakukannya disaat usianya belum genap delapan tahun.

Tubuhnya sudah terbiasa. Tidak seperti Kenta yang menangis meraung-raung sepanjang upacara, tidak ada setetes pun air mata jatuh dari kelopak mata Ren. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Dia pun mengikuti semua upacara dengan tegar.

Dia punya beban berat sekarang. Dia memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Dia harus kuat.

Tapi otak dan hatinya tidak akan pernah terbiasa.

Otaknya tidak bisa berhenti berputar. Mengapa ini harus terjadi? Bagaimana ini bisa terjadi? Hatinya menjerit tidak terima. Kakek yang selalu ceria, tidak pernah sakit dan seakan tidak pernah punya masalah dalam hidup.

Dalam bayangan Ren Kakek akan meninggal dengan cara yang konyol, seperti kepribadiannya. Meninggal dalam tidur karena mimpi yang terlalu indah? Sakit jantung sehabis menonton film biru di usia 90 tahun mungkin? Terlalu lelah karena menggendong cicitnya berkeliing taman bermain? Atau mendadak darah tinggi karena bertengkar dengan cucu-cucunya?

Sesuatu yang membuat orang yang mengenangnya akan tertawa.

Dan dalam bayangannya semua itu akan terjadi nanti. Sekian tahun lagi. Bukan sekarang. Kakek seharusnya masih memiiki jatah usai yang panjang.

Walau dunianya hitam, Ren tidak pernah membayangkan akan seperti ini.

Satu butir peluru lah yang mencabut nyawa Kakek. Bersarang tepat di jantung, mencabut roh dari raganya.

Tidak ada yang tahu bagaimana atau dari mana asalnya. Kakek masih tersenyum memberi sapa kepada Taedong yang berjaga di depan pintu ketika turun dari dalam mobil tepat di depan rumah.

Dan satu detik kemudian tubuh itu tersungkur menghantam tanah dalam kondisi sudah tak bernyawa.

Ren menyadari kehidupan yang mereka jalani tidak terlepas dari musuh dan bahaya. Tapi dia masih belum bisa menyimpulkan siapa yang tega melakukan hal ini dan kenapa.

Nanti dia akan mencarinya. Pasti. Dia akan membalaskan dendam ini.

Tapi saat ini di harus berkonsentrasi pada prosesi penghormatan terakhir untuk Kakek.

...


Upacara dilaksanakan dengan adat Jepang. Biksu Budha yang dipanggil untuk memimpin upacara sudah selesai memanjatkan doa dan melantunkan ayat-ayat kitab suci. Sekarang saatnya penghormatan oleh anggota keluarga. Ren diikuti oleh Kenta membungkukkan badan tiga kali, sampai dahi mereka menyentuh lantai. Lalu mereka beranjak ke samping, duduk untuk membungkuk kepada setiap tamu yang datang untuk menghantarkan doa.

Dimulai dari kerabat dekat. Keluarga Takada dari Jepang sudah terbang ke Seoul khusus untuk acara ini. Lalu disusul para anggota keluarga, anak buah keluarga Yakuza mereka yang memberi hormat satu persatu. Baru menyusul tamu yang lain.

Semua yang ada di ruangan itu berpakaian serba hitam menunjukkan duka cita. Tidak keluarga, tidak kerabat, tidak tamu. Ren sendiri sudah mengenakan pakaian adat Jepang berwarna hitam pekat. Satu-satunya warna putih berasal dari bunga yang diletakkan di atas peti mati.

Ren mengenali sebagian dari tamu yang datang melayat. Para gembong dunia hitam. Rekan bisnis dan kolega kakeknya. Teman ayahnya semasa dia masih hidup. Teman dan lawan. Sahabat dan musuh. Disaat duka seperti ini semua datang untuk mengenang yang telah pergi.

BEAUTIFUL GANGSTER🔞 [END]  | JRen (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang