13) Memoria

51 10 0
                                    


Tessa menatap pantulan dirinya pada cermin saat sesak itu kembali datang. Dengan wajah awut-awutan, rambut yang mencuat kemana-mana, dan juga air mata yang meleleh karena menahan ngilu di dada. Gadis itu mengusap air matanya dengan cepat. Membuat wajah pucatnya nampak jelas.

Dengan sekali sentakan, Tessa membuka kancing ketiga kemejanya. Lalu meraba bagian tengah dadanya. Masih sama. Bekas itu masih ada. Tessa menghembuskan napas panjang sebelum kembali mengancingkan bajunya.

Entah sejak kapan Tessa menyadari ada bekas di bagian tengah dadanya. Meskipun samar, Tessa tau jika itu bekas pisau operasi.

Kembali gadis itu merebahkan tubuhnya pada tempat tidur. Sedikit melirik obat pemberian Ayahnya. Lalu perlahan memejamkan matanya. Sambil mengucapkan selamat malam yang selalu ia ucapkan sebelum tidur.

Selamat tidur, Mama.

***

Hari ini suasana kelas 12 Ipa 3 nampak ramai dengan kedatangan Seva yang sangat berbeda. Cowok itu tiba-tiba memakai masker dan juga hoodie yang menutupi kepalanya. Langkahnya yang gontai menuju tempat duduknya membuat semua arah pandang makin penasaran.

"Sev, lo habis berantem?" tanya Candra pelan saat Seva melempar tasnya keatas meja. Cowok itu hanya mengangguk saat mendaratkan bokongnya pada kursi, lalu menenggelamkan wajahnya dengan kedua tangan.

Candra diam. Tanpa sengaja matanya bertemu dengan Tessa yang tengah menatap Seva dengan pandangan aneh. Tak berekspresi. Aneh, biasanya jika ada hal-hal aneh yang dialami Seva, gadis itu akan membuat seisi kelas menjadi makin ribut. Tetapi kali ini tidak. Pokoknya hari ini Candra merasa jika keanehan muncul dalam satu waktu.

Apa mereka udah baikan, ya?

Candra langsung menoleh kearah Seva saat cowok itu sudah duduk tegap. Masih dengan masker yang terpasang diwajahnya dan juga pandangan kaku. Candra baru menyadari jika cowok nyentrik disebelahnya ini tidak banyak gerak dari awal masuk kelas.

"Kentara banget ya kalo gue habis berantem?" tanya Seva tanpa menoleh kearah Candra yang sekarang sibuk membuka matanya lebar-lebar.

Dari arah Candra terlihat jelas jika Seva menyimpan luka di wajahnya. "Nggak buruk juga, sih. Lo 'kan, cowok."

"Cowok pengecut bisa dibilang," koreksi Seva cepat.

Candra berdehem sebentar. "Gini, gue emang nggak tau lo punya masalah apa sampe berantem. Dan gue juga nggak tau alasan lo ngomong kalo lo cowok pengecut. Tapi yang gue tau, lo dan Tessa... ada yang aneh diantara kalian berdua."

Membuat Seva langsung menoleh kedepan. Kearah Tessa yang langsung membalikkan badannya dengan cepat. Lalu kembali mencatatat, mungkin PR yang belum dikerjakan.

"Nggak. Nggak ada apa-apa, kita masih kayak biasanya." Seva mencoba untuk bersikap biasa saja. Cowok itu mengambil ponselnya dan mulai memainkannya dengan pose sok sibuk. Candra yang merasa dikacangi langsung tersenyum miring.

Satu sentakan dan ponsel itu berpindah ke tangan Candra. Seva memicingkan matanya. Lalu menengadahkan tangannya. "Balikin."

Seakan anak kecil yang barusan merebut mainan bagus dari temannya, Candra menggeleng santai. Lalu cowok itu kembali fokus pada ponsel Seva yang ada ditangannya. Beberapa gambar yang diambil dari berbagai sudut mulai berhamburan masuk kedalam pandangan Candra. Matanya memicing saat melihat objek yang sama pada setiap jepretan.

"Lo nguntit anak orang?" tanya Candra tak percaya.

Seva langsung menyambar ponselnya. "Enggak, bukan apa-apa. Cuma iseng."

Memoria | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang