» prolog

26.1K 2.2K 193
                                    

Pagi itu, seperti biasanya—karena hidupku memang biasa-biasa saja; membaca koran bekas ditemani secangkir teh melati dan biskuit. Jangan lupakan suara pria yang selalu ceria membawakan acara musik setiap pagi, namanya Johnny Seo. Dari suaranya sih aku nilai kayaknya ganteng.

Blah, padahal aku bertemu orangnya saja tidak pernah.

Tapi suaranya.. gak usah dijelasin. Cukup aku yang tau. Kalian gak usah ^^

"Kak."

"Hhmmm." Aku menoleh, mendapati seorang pria berseragam SMA yang masuk ke dapur lalu duduk di seberang dan memungut roti di meja.

Dia adik bungsuku, satu-satunya keluargaku selain Mark. Lee Haechan.

Btw, aku kakak tertua dengan dua adik laki-laki yang menjengkelkan. Untung aku sabar.

"Aku nanti mau nginep di rumah Eric," katanya sambil mengoleskan selai nanas ke rotinya.

"Ngapain?"

"Nginep."

"Udah tau! Maksud ku, ada acara apa sampe nginep?"

"Biasa, nobar sepak bola."

"Oh." Cowok sih gitu. Apa-apa bola.

"Tapi seminggu," sambung Haechan.

"Hee??" Gila, gak meledak tv nya dipake nobar seminggu?

"Cewek gak perlu tau, iyain aja," paksa Haechan. Menyebalkan.

"Ikut Eric aja sekalian sana. Minta makan Eric, minta jajan Eric, gak usah pulang."

"Kak Erica maahh.." Haechan merengut. Andalannya kalau aku pundung. Tapi sorry, itu tidak akan mempan. Mau jungkir balik sampe Zimbabwe juga ku tontonin aja, gak bakal ku gubris.

"Udah sana berangkat, banyak ngomong," celetukku. Aku sudah bosan setiap hari dia merengek terus. Bahan rengekannya macam-macam. Heran.

"Ujan tuh, gak lihat?" sarkas Haechan sambil menunjuk jendela besar di belakangku.

"Pake nyalahin ujan lagi," cibirku. "Cepet berangkat! Keburu bel pulang nungguin ujan reda."

"Iya iyaa.." Haechan bangkit dari kursinya lalu beranjak setelah mencium pipiku, "Aku berangkat dulu."

"Hhmm, hati-hati."

Setelah Haechan pergi, aku memutar kursi yang ku duduki ke samping lalu menengok ke jendela besar yang tadi ditunjuk Haechan.

Padahal cuacanya terang, tapi hujannya deras sekali.

Aku berjalan ke jendela dan, "Wtf jemuraaan!"

Aku langsung lari membuka pintu belakang rumah. Belum juga punya suami udah pikun ya tuhaan. Susah payah aku semalam bela-belain nyuci 3 bak malah kehujanan gini.

"Sorry I let you get soaked!" Iya begitu, aku memperlakukan mereka seperti benda hidup. Hanya menuruti apa kata mendiang mama, kalau kamu baik sekalipun sama benda mati, pasti bakal awet.

[1] Turtle Neck ; Kim Doyoung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang