"Ah, sorry."
Aku membungkukkan badan ke arah seseorang yang tidak sengaja ku tabrak. Dia tersenyum, sungguh manis.
"Kamu gak papa?" Tanyanya.
"Gak pa—"
"Ericaaaaa!"
Sebuah suara melengking memekik telingaku bersamaan dengan tuburukan yang hampir membuatku tersungkur ke belakang.
"L-lisa—"
"Apa kabar?" Potong Lisa sambil melepaskan pelukannya padaku. "Kata Ten kamu sakit? Udah baikan?" Tanyanya bertubi-tubi. Aku hanya mengangguk kikuk lalu menoleh pria yang kutabrak tadi. Dia masih berdiri di tempatnya, memandangku dan Lisa sambil tersenyum.
Oke, aku mulai merasa creepy.
"Hai, Josh." Lisa menyapa pria itu. Dan pria itu menanggapi sapaan Lisa dengan sebuah senyuman—well, sebenarnya dari tadi dia tidak berhenti tersenyum.
Btw, mereka berdua ini sudah saling kenal?
"Ah iya, Erica, ini Joshua. Dan Josh, ini Erica, orang yang akan menjadi editor bukumu," jelas Lisa.
"Oh ya?" Joshua menutupi tawanya dengan punggung tangan, elegan sekali. "Aku Joshua," katanya kemudian sambil mengulurkan tangannya padaku.
"Erica." Aku menjabat tangannya sebentar.
"Ayo masuk, Ten udah nungguin di dalem."
◎◎◎
turtle neck
◎◎◎Berbeda dengan saat aku bertemu dengan pria ini tadi—Joshua, auranya berubah. Sebenarnya, sekarang pun dia masih sesekali tersenyum, tapi aku merasa ada yang lain. Auranya terasa sedikit menakutkan, I don't know.
Ten menghela nafas setelah selesai membolak-balik draft milik Joshua. Tangannya bergerak menyapu rambutnya ke belakang. Lalu setelah beberapa detik terdiam, akhirnya dia bangun dari sandaran punggungnya dan menatap Joshua lamat.
"Kamu yakin mau publish buku ini?" Tanya Ten sambil mengetuk-ngetuk draft berbentuk hard copy yang terletak di meja depannya. Dan Joshua mengangguk mantap sebagai jawaban.
"Tapi isinya sensitif banget, loh. Apalagi kamu gak nyantumin sumber apa-apa. Nanti takutnya—"
"Tapi aku mengalaminya secara langsung. Jadi gak butuh sumber," potong Joshua.
"Iya aku tau.." Sekali lagi, Ten menghela nafas frustasi. "Tapi kamu seharusnya bisa mengira-ngira apa resikonya kalo maksa publish buku ini."
Setelahnya, suasana hening. Bahkan Lisa yang biasanya banyak bicara pun kelihatannya tidak bisa berkata-kata, walaupun hanya sekedar mencairkan suasana yang sekarang, kurasa, sedikit menegang.
"Kamu juga udah lihat sendiri respon masyarakat setelah baca tulisanmu di LA Times*," tambah Ten.
(LA Times: Los Angeles Times, media penerbitan berita sejenis sama New York Times)
Aku mengernyit. LA Times? Joshua ini wartawan?
"Membahas masalah yang terjadi di negara lain tanpa ada bukti yang konkrit itu berbahaya, Josh. Bukan cuma penarikan berita dan peringatan ke pihak yang bersangkutan, kamu bisa-bisa dihukum berat." Ten menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi lalu meraih segelas iced americano di meja dan meminumnya.
Penarikan berita? Aku memandang Joshua heran, penasaran dengan apa yang sudah Joshua tulis di LA Times.
"Sorry." Aku menginterupsi percakapan Joshua dan Ten—yang sebenarnya sedang dalam masa jeda. "Kalo boleh tau, emang kamu nulis apa di LA Times?" Tanyaku kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Turtle Neck ; Kim Doyoung ✔
Fanfiction[ bahasa | completed ] "He hides something behind his turtle neck." ©crayonhaechan 2018 was #18 in au 01/29/2019 #9 in suju 01/29/2019 #5 in jeffrey 01/29/2019 #4 in jeffrey 01/30/2019 #5 in henrylau 01/30/2019 #2 in jeffrey 02/16/2019 #1 in henryla...