» 27

4K 868 119
                                    

Aku pulang. Bukan ke camp dimana semalam aku menginap, tapi pulang ke rumahku sendiri.

Setelah menutup pintu dan menguncinya, aku langsung berjalan menuju dapur, mengambil segelas air untuk ku minum obat.

"Hai, Er, apa kabar?"

Aku menoleh, Brian berdiri disampingku sambil tersenyum kecut.

"Kamu gak papa?" Tanyanya lagi.

Aku tidak menyahuti. Terlalu malas. Lagipula dia hanya hantu, tidak akan membantu juga kalau aku mengatakan bagaimana perasaanku saat ini.

"Sorry," lirih Brian.

"Kamu gak salah apa-apa," sahutku.

"Kalo aku bukan hantu—"

"Terima aja kenyataannya." Aku melihat perubahan ekspresi Brian sesaat setelah aku bilang seperti itu. Sedih? Entahlah. Aku tidak bermaksud menyinggung perasaannya. Itu salahnya sendiri kalau dia tersinggung.

"Ya, aku emang berencana buat menyerah," ujar Brian.

Menyerah? Memangnya apa yang dia harapkan?

"Sampaikan salamku pada Jeffrey," katanya lagi lalu terbang mundur menjauhiku.

"Eh, tunggu!"

Brian berhenti tepat saat badannya hampir menembus dinding.

"Kamu kenal Jeffrey?" Tanyaku. Mungkin saja Brian mengenal semua orang yang kukenal. Tapi—titip salam?

Bukankah itu artinya mereka saling kenal?

Brian mengangguk, "Menurutmu kenapa aku ada di sini?" Tanyanya balik.

Aku mengernyit. Ya mana aku tahu?!

"Jeffrey bilang mau bantu aku bereinkarnasi," terangnya kemudian.

"What?" Aku tidak salah dengar? Jeffrey? Membantu Brian bereinkarnasi? Memangnya dia siapa??

"Dengan bantuan UnderGround," lanjutnya.

Fuck. UnderGround lagi. Aku jadi bingung, organisasi macam apa yang bahkan menawarkan bantuan bereinkarnasi??

Konyol.

"Tapi setelah kupikir-pikir, aku salah. Seharusnya aku gak disini, dan seharusnya aku gak ikut campur urusan manusia," kata Brian lagi.

"Ikut campur? Apa?" Tanyaku.

Brian terlihat gugup untuk beberapa saat. Tapi aku yakin tidak salah dengar.

"Jeffrey minta aku buat ngawasin kamu."

Aku hanya mematung karena terlalu terkejut—dan bingung. Untuk apa? Kenapa?

"Makanya dulu aku selalu bisa denger apa yang sedang kamu pikirin. Tapi sekarang udah enggak. Dan mungkin itu tandanya aku harus berhenti," terang Brian.

"Tunggu sebentar." Aku memijat pelipisku lalu kembali menatap Brian.

"Jeffrey nyuruh kamu ngawasin aku?"

Brian mengangguk.

"Berapa lama?"

"Sejak aku kenal dia," jawabnya. "Dua tahun yang lalu?" Lanjutnya sambil mengetuk-ngetuk dagunya.

Hell. Aku menghela nafas kesal. Sangat kesal. Memang benar dia selama ini adalah pacarku. Tapi memata-mataiku sampai sejauh itu bisa dibilang kurang ajar. Apalagi itu Brian, dia bukan manusia.

Aku jadi semakin sulit mengartikan perasaan Jeffrey.

"Tapi kenapa?" Tanyaku.

"Simple," jawab Brian. "Karena kamu berharga."

[1] Turtle Neck ; Kim Doyoung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang