» 2

10.1K 1.6K 153
                                    

Aku masih duduk di dapur sambil memijit-mijit pelipis ku pelan, menunggu Doyoung selesai mandi.

Sial, gara-gara melihat noda darah di baju Doyoung aku jadi pusing. Baunya juga. Padahal anyir nya cuma tercium tipis, tapi sudah cukup untuk membuat aku oleng.

Fyi, aku ada fobia darah. Walaupun cuma setitik, reaksi ku bisa berlebihan. Seperti tadi contohnya. Harusnya aku menolong Doyoung, tapi tidak tahu bagaimana ceritanya malah aku yang ditolong. Sampai sekarang aku masih berpikir, kan tadi yang pingsan duluan dia? Kok dia bisa nolongin aku? Masa iya dia jalan sambil merem?

Halah terserah. Makin ngilu kepala ku memikirkan itu.

"Hatsyi!" Nah ini, kalo udah bersin-bersin gini bisa hibernasi di kamar seminggu.

Hahh.. untuk beberapa alasan aku benci diriku sendiri.

Tidak lama kemudian, aku mendengar langkah kaki datang mendekat. Aku mendongak, iya itu Doyoung. Tapi..

"Kok bajunya gak ganti?" tanyaku langsung merespon penampilannya yang tetap lusuh. Wajahnya saja yang bersih, sisanya tetap. Dan baju itu, sumpah, pengen ku sobek aja. Bikin kepala ku makin pusing gara-gara noda merah yang lebar banget di bagian dadanya.

"Aku gak suka bajunya," jawabnya enteng.

"Terus kamu mau keluar rumah pake baju kotor kayak gitu?" Bisa disangka gembel nanti.

Doyoung mengangguk.

"Apa yang salah, sih, sama bajunya?" Aku mendengus. Masih mending aku berbaik hati sama orang mesum yang bahkan aku gak kenal.

"Aku gak bisa pake baju yang memperlihatkan dadaku," jawabnya lirih sambil menangkupkan kedua tangannya menutupi leher.

"Itu leher, bukan dada," sarkasku.

"Eh, iya, leher." Dia cengegesan. Ck, apa yang lucu sih? Lagian mau dia topless juga aku gak bakal hilang akal terus khilafin dia.

Sorry aja ya, aku pride nya tinggi.

"Terus kamu maunya baju yang kayak gimana?"

Bukannya menjawab, dia malah memandangku lekat.

"Baju kamu," tunjuknya.

Hell. Mungkin ini yang dinamakan dikasih hati minta jantung.

◎◎◎
turtle neck
◎◎◎

Lagi-lagi, aku menunggu Doyoung selesai mandi. Ya, dia ku suruh mandi lagi. Aku tidak mau menyiksa diriku sendiri dengan membetahkan diri mencium bau yang paling aku benci.

Aku merebahkan diri di kasur, bukan kasur di kamarku, tapi kamar Mark, adikku yang tengah. Aku terlalu lemas hanya untuk bangun setelah mengacak-acak lemari Mark untuk mencarikan baju yang Doyoung mau memakainya, sweater dengan model turtle neck.

Gila, dia siapa sih? Kenapa juga aku mau repot-repot ngurusin dia?

Ah, masa bodoh, yang penting dia cepat pergi.

Dan Mark, sorry aku mengacak-acak lemarimu sembarangan. Aku harap kamu mengerti dengan kondisi ku sekarang, hiks.

"Hei." Suara Doyoung terdengar, dan dia sudah berdiri di depan pintu. Dia sudah berganti dengan bajunya Mark, tapi tangannya masih menenteng baju kotornya yang tadi.

"Kenapa bajunya masih dibawa?" Tanyaku.

Dia cuma memandang baju kotornya dengan tatapan bingung.

[1] Turtle Neck ; Kim Doyoung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang