» 8

6.1K 1.2K 253
                                    

Gelap.

"Jangan, ku mohon."

Aku hanya bisa mendengar sayup-sayup suara. Lirih, tapi begitu menggema. Bersamaan dengan suara tetesan air—yang anehnya terasa begitu mengganggu.

"Maaf, tapi tempatmu bukan disini."

Suara itu, aku mengenalnya.

"Aku gak mau balik lagi ke sana, aku takut."

Mama?

"Ini demi kebaikan—"

"Gak ada kebaikan! Itu cuma buat kepentingan mereka!"

Suara helaan nafas terdengar, "Kamu akan tetap tinggal sama Erica, kamu gak perlu takut."

Plash!

Suara pecutan terdengar, setelahnya suara teriakan dan rintihan menyusul. Demi tuhan, aku tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan aku tidak bisa berteriak demi menghentikan hal buruk yang, mungkin, sedang terjadi.

"No, Junmyeon, don't—NOOOOOO!"

"Mama!"

Bersamaan dengan keluarnya suaraku, pandanganku juga terbuka.

Aku melihat lurus ke depan. Seorang wanita duduk bersimpuh di bawah tiang berbentuk salib. Rambutnya berantakan, tangannya terikat ke belakang. Baju putihnya compang-camping dengan noda yang ku yakin itu, ugh, darah.

Seketika aku mau muntah, pening dalam sekejap juga menggerayangi kepalaku.

"Erica."

Wanita itu mengangkat kepalanya. Dari sini aku bisa melihat dia terpejam dengan benda cair kemerahan yang mengalir dari kedua matanya.

Sungguh, melihat itu aku hanya bisa menangis.

"Jaga diri kamu," katanya lagi.

"M-mama.."

"Mama di sini.."

Entah sejak kapan dan bagaimana caranya, wanita yang ku lihat sebagai mama itu sudah berada di depanku. Kondisinya normal, sangat normal, sama seperti Mama yang biasa ku lihat. Tidak ada darah, bajunya bersih, dan dia tersenyum.

"Jaga Mark, lindungi Haechan." Tangan Mama menghapus airmataku yang terus jatuh. "Mereka gak bersalah."

Aku memandang Mama lamat, tapi segera beralih pada suara orang terjatuh di belakang Mama.

"Mark.."

Itu Mark, kan?

"Mark?"

"Mark gak bersalah." Mama menginterupsi.

"Mark!"

"Mark gak bersalah."

Mark menjatuhkan benda bersimbah darah di tangannya. Matanya kosong, lurus menatap pria berjas putih yang tergeletak di lantai. Aku bisa mencium bau anyir yang keluar bersamaan dengan cairan menjijikkan yang seketika membuatku mual.

"Papa, sorry.."

"Mark, kamu—"

"MARK GAK BERSALAH!"
















"Mark.."

Mataku terbuka bersamaan dengan suara serak ku yang lolos begitu saja.

"Oh, bangun?"

[1] Turtle Neck ; Kim Doyoung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang