A-5

120 11 0
                                    

Aga berjalan seorang diri. Ale tidak bisa menemani karena diajak Sang mama pergi ke rumah neneknya. Aga sudah menemukan solusi untuk rumah asuh yang ia tempati, tetapi solusi lain belum bisa ia dapatkan meski sudah dua hari dua malam ia berpikir dan meminta pertolongan dari Tuhan lewat doa.

Saat ini, ia pulang sekolah berniat jalan-jalan sebentar meski harus jalan sendiri tanpa teman. Pikirannya kalut, ia bingung bagaimana cara mendekati seorang Alfa untuk menjalankan tugasnya.

"Ya Tuhan, bagaimana caranya Aga membantu oma Thalita dan keluarganya? Jika Aga langsung mendatangi Alfa itu sangat tidak mungkin. Lalu Aga harus bagaimana, Tuhan?" batin Aga.

"Aga percaya apa pun rencana-Mu adalah yang terbaik, jadi Aga mohon pertemukan Aga dengan Alfa dengan takdir-Mu!"

Saat Aga terlalu serius dengan pikirannya, tiba-tiba dari arah berlawanan datang sebuah mobil yang entah kenapa berjalan tidak tentu arah. Aga yang berjalan dengan melamun dan mobil tak tebtu arah, apa yang akan terjadi?

Aga yang tidak menyadari keberadaan mobil itu, kaget karena tiba-tiba mobil itu ke arahnya dan tidak bisa dihindari akhirnya Aga tertabrak mobil itu.

Aga pingsan. Dua orang pemuda keluar dari dalam mobil itu dan berlari menghampiri Aga.

"Aduh, Al, kok bisa sampai nabrak sih lo? Lo ngelamun?" tanya salah satu pemuda.

"Gue juga nggak tahu, gue bawa mobil seperti biasa kok," jawab pemuda satunya.

"Hei bangun!" seru pemuda pertama seraya menepuk pelan pipi Aga.

Tidak lama, Aga membuka matanya perlahan dan hal itu membawa kelegaan di hati dua pemuda itu.

"Kalian siapa?" tanya Aga saat melihat dua pemuda dihadapannya.

"Gue Rio, dan itu Alfa!" jawab Rio memperkenalkan diri.

"What Alfa? Oh, Tuhan padahal Aga baru minta tapi engkau langsung memberikannya! Terima kasih Tuhan." batin Aga.

"Lo nggak pa-pa 'kan?" tanya Rio khawatir karena Aga hanya diam.

"Iya gue nggak pa-pa kok,"

"Nama lo siapa?"

"Gue Agatha,"

"Salam kenal ya!" Rio mengulurkan tangannya dan membantu Aga berdiri.

Aga tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Rio. Lalu ia memandang Alfa yang hanya diam tanpa sedikit pun menoleh padanya.

"Itu temen lo emang gitu, ya?" tanya Aga tiba-tiba.

"Emm, maaf ya! Dia emang rada pendiam dan jarang ngomong," bisik Rio takut terdengar Alfa.

"Tadi yang nyetir juga dia?" Aga menatap Rio dengan satu alis terangkat.

Rio mengangguk samar merasa tidak enak hati.

"Oh, pantes," celetuk Aga.

"Pantes apa?" Alfa mulai mengeluarkan suara.

"Pantes bawa mobilnya nggak bener!"

"Kok lo bisa ngomong gitu?" tanya Rio penasaran.

"Orang dia bawa mobil sambil merem. Coba bawa mobilnya dengan mata terbuka, pasti tidak akan melukai sekitarnya!" jawab Aga.

"Maksud lo?"

Aga menghembuskan napas kasar, "Gini ya, lo itu pasti nyetir mobil sambil ngelamun makanya jalannya nggak benar. Coba kalau lo nggak ngelamun, fokus sama apa yang lo jalani sekarang bukan mikirin hal di masa lalu, pasti lo nggak akan celakain gue!"

"Wiihhh keren, kok lo tau dia masih mikirin masa lalunya?" Rio kagum mendengar celotehan Aga.

"Lo itu nggak usah sok tau deh!" bantah Alfa.

"Gue bukan sok tahu ya, gue cuma bicara kenyataan!" kata Aga setengah berteriak karena Alfa berjalan menjauhinya, "lo itu terlalu lama tenggelam dengan masa lalu lo, sehingga lo nggak sadar jika banyak orang yang lo sayang yang berada di dekat lo terluka karena sikap lo!"

Aga sadar ia sudah sangat lancang. Tapi entah kenapa mulutnya tidak bisa berhenti untuk mengucapkan semuanya.

Alfa hanya diam mendengar semua yang diucapkan Aga. Logikanya membenarkan semua perkataan Aga, tapi ia tidak mau mengakuinya.

"Coba buka mata lo, lihat orang-orang di sekitar lo jangan hanya larut dengan dia yang hanya membuatmu terluka!" kata-kata terakhir Aga untuk Alfa.

Aga berbalik dan menghampiri Rio.

"Bilang sama temen lo, kehidupan untuk dijalani bukan untuk dipikirkan hingga mengabaikan kenyataan. Hidup masih panjang. Dan hidup bukan hanya tentang dia yang menyakitinya, tapi hidup juga tentang mereka yang masih bersamanya!" pesan Aga pada Rio.

"Suruh hati-hati saat bawa mobil, biar tidak melukai sekitarnya seperti saat ia membawa kehidupannya untuk menyakiti sekitarnya! Gue duluan," pamit Aga.

Setelah Aga berbalik dan berjalan menjauh, Rio menghampiri Alfa.

"Kita balik sekarang, udah sore!" ajak Rio.

"Yo!" panggil Alfa sehingga Rio menghentikan langkahnya, "apa gue sudah menyakiti orang-orang di sekitar gue?"

Rio menghembuskan napas perlahan, "Al, mungkin selama ini lo nggak sadar, tapi gue bisa bilang kalau semua yang Agatha ucapkan tadi adalah kebenaran yang harus lo lihat!"

Rio mengusap pundak Alfa, "Buka mata lo, lihat keadaan oma dan tante Manda! Mereka setiap hari berharap satu senyuman dari bibir lo seperti dulu, tapi apa? Yang mereka lihat setiap hari hanya kesedihan di wajah lo. Dan mungkin lo nggak sadar hal itu membuat hati mereka menangis."

"Sadar atau tidak, ucapan Agatha benar! Selama lo masih berjalan dengan masa lalu lo, lo sudah menyakiti orang-orang yang lo sayangi!" setelah mengucapkan itu, Rio melanjutkan langkahnya menuju mobil.

Alfa masih terdiam mencerna setiap kata dari Rio maupun Aga. Ada rasa sesal merambati hatinya.

"Ma, Pa, Oma, maafin Alfa! Alfa janji setelah ini Alfa akan berusaha mengikhlaskan masa lalu itu dan kembali menjadi Alfa yang kalian sayangi! Menjadi Alfa yang dulu lagi. Al sayang kalian."

Alfa berjalan menyusul Rio kemudian mulai menjalankan mobilnya untuk pulang menuju rumahnya.

'Masa lalu jangan disesali, tapi ambillah pelajaran sebagai bekal untuk menjalani masa kini.
Setelah itu cobalah menata semuanya untuk bekal di masa yang akan datang.'

Queenquee
😘

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang