"Tenang, ada aku disini bersama kamu!"
Alfa masih memeluk Aga karena Aga masih ketakutan. Saat hujan sedikit reda, Alfa mengajak Aga menuju mobilnya. Mereka memasuki mobil dan segera kembali pulang.
Alfa memperhatikan wajah Aga yang tampak pucat. Alfa sedikit merasa khawatir dengan keadaan Aga. Ia pun mempercepat laju mobilnya agar segera sampai di rumah asuh.
Setelah sampai di rumah asuh, Alfa membangunkan Aga yang tadi tertidur, mungkin karena kedinginan. Tapi betapa terkejutnya Alfa saat tangannya menyentuh pipi Aga, yang ia rasakan adalah suhu tubuh Aga yang panas.
"Aga bangun, Ga!" pangil Alfa. "Aga, kita udah sampai,"
Ada gerakan dari tubuh Aga, ia sedikit menggeliat sebelum akhirnya sadar sepenuhnya.
"Maaf ya, Al, aku tinggal tidur," ucap Aga merasa bersalah.
Alfa hanya tersenyum. Mereka keluar dari mobil dan melangkah masuk ke teras rumah. Baru beberapa langkah tiba-tiba Aga menghentikan langkahnya karena mendadak merasa pusing.
Alfa ikut berhenti dan memperhatikan Aga, tiba-tiba Aga jatuh pingsan. Dian dan Sima yang baru keluar kaget melihat Aga yang tidak sadar dalam pelukan Alfa.
"Al, Aga kenapa?" tanya Dian khawatir.
"Tadi abis kehujanan, Bun," jawab Alfa seadanya.
"Kehujanan?" kaget Sima.
Alfa mengangguk, "Iya, Kak, tadi aku juga nggak tau dia dari mana, tapi aku ketemu pas dia udah berteduh."
"Ya Allah, kita harus bawa Aga ke rumah sakit!" panik Dian.
Sima mengangguk setuju. Alfa menatap dua orang di depannya dengan wajah bingung.
"Palingan Aga cuma demam, Bun, kenapa harus dibawa ke rumah sakit?"
Dian menatap Alfa serius, "Aga mempunyai pobhia terhadap hujan, dan setiap kali dia terkena hujan dia memang selalu seperti ini. Kami khawatir terjadi apa-apa sama Aga karena selama Aga di sini itu tanggung jawab kami."
"Kami tidak ingin keluarga Aga nantinya menyalahkan kami jika terjadi sesuatu pada Aga," imbuh Sima.
Alfa mengangguk mengerti kekhawatiran yang dirasakan dua orang di depannya ini.
"Sekarang sementara kita rawat Aga di rumah dulu, besok kalo emang harus dibawa ke rumah sakit biar Al sendiri yang bawa Aga kesana dan menjaganya!" seru Alfa mantap.
Dian dan Sima saling pandang sebelum akhirnya mengangguk setuju. Alfa menggendong Aga sampai ke kamar kemudian membaringkannya.
"Bun, kalian tolong ganti baju Aga, Al tunggu di luar!"
Dian mengangguk. Alfa melangkah meninggalkan kamar Aga. Di luar kamar, Alfa memikirkan pobhia Aga pada hujan. Apa yang terjadi hingga Aga pobhia?
Saat Alfa tenggelam dalam pikirannya, Sima keluar kamar dan menghampirinya.
"Al, sudah selesai. Kamu nggak ganti baju juga?" tanya Sima.
"Nggak pa-pa kok, Kak, aku nggak terlalu basah." Alfa tersenyum.
"Kak, aku boleh menginap di sini nggak?" tanya Alfa tiba-tiba.
"Kenapa? Kok tumben?" Sima balik bertanya heran.
"Cuma pengen jagain Aga aja sih, jadi nanti kalo terjadi sesuatu dan kita harus membawanya ke rumah sakit, kita bisa langsung berangkat," jelas Alfa.
Sima tampak berpikir sejenak, "Kita tanya bunda dulu ya,"
Alfa mengangguk setuju. Sima kembali masuk ke dalam kamar untuk memanggil Dian. Tidak lama kemudian Sima dan Dian keluar kamar.
"Kamu bener mau menginap di sini?" tanya Dian to the point.
Alfa mengangguk sambil berharap semoga Dian mengijinkannya.
"Ya sudah kamu boleh menginap sini, tapi bunda nggak ada kamar lagi," kata Dian merasa tidak enak.
"Nggak pa-pa kok, Bun. Al mau nemenin dan jagain Aga aja. Di kamar Aga ada sofa kan?"
Dian dan Sima mengerti. Mereka mengangguk dan mengijinkan Alfa menemani Aga.
Alfa masuk ke dalam kamar dan melihat wajah pucat Aga. Ia mengusap lembut pipi Aga. Perlahan karena takut Aga terbangun.
Setelah beberapa lama, Alfa mulai merasa ngantuk. Ia memutuskan untuk tidur. Ia berjalan ke sofa dan merebahkan tubuhnya di sana.
Satu jam Alfa baru tidur, tiba-tiba tubuh Aga kejang. Alfa yang mendengar gerakan langsung membuka matanya. Betapa kagetnya ia saat melihat Aga kejang.
Pintu kamar terbuka, Dian dan Sima masuk karena mendengar suara dari kamar Aga. Mereka pun terkejut melihat Aga.
"Al, Aga kenapa?" tanya Dian panik.
"Al juga nggak tau, Bun, tiba-tiba Aga kejang seperti ini." Alfa tak kalah panik.
"Kita lagsung bawa Aga ke rumah sakit aja!" usul Sima.
Alfa dan Dian mengangguk setuju. Alfa menyerahkan kunci mobilnya pada Sima, sedangkan ia mulai mengangkat tubuh Aga. Mereka berjalan menuju mobil Alfa.
"Sima, kamu di rumah jaga adek-adek ya!" perintah Dian.
Sima hanya mengangguk.
"Oh, ya, jangan lupa kasih kabar Ale sama Dia!" tambah Dian.
Alfa menoleh saat Dian menyebut Dia. Dalam hati ia bertanya, siapa Dia dan kenapa harus diberi kabar tentang Aga?
Setelah merasa semua siap, Alfa mulai melajukan mobilnya. Sima melihat kepergian mobil itu hingga tidak terlihat lagi.
Setelah itu Sima masuk ke dalam rumah dan mulai mencari ponselnya. Ia mulai menghubungi seseorang.
"Halo Li," sapa Sima dengan suara panik.
" ... "
"Iya maaf, assalamualaikum,"
" ... "
"Aku mau bilang kalo Aga masuk rumah sakit,"
" ... "
"Iya tadi kehujanan! Sekarang dibawa ke rumah sakit sama bunda dan juga Alfa."
" ... "
"Iya, Alfa. Tadi Alfa yang nemuin Aga pas kehujanan di jalan."
" ... "
"Ya udah kamu langsung ke rumah sakit ya!"
Setelah itu Sima mengakhiri panggilannya dan mulai mengabari Ale.
Perlahan sakit ini mulai terasa, apakah mungkin rasa ini akan lebih sakit lagi?
Dia
😢
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha
Teen FictionJika kehadiranmu sebagai penyembuh dari lukaku, maka kemarilah aku akan memelukmu erat dengan semua cinta yang ku punya! - Nathaniel Gio Alfaro Aku pahit seperti obat, tapi aku bisa menyembuhkan lukamu jika kamu menerima kehadiranku. - Agatha Valerr...